Assalamualaikum… hai hai! Apakabar readers, semoga kalian
semua dalam kondisi yang sehat dan bugar. Aaamin. Well, kali ini saya bakal
menulis kembali sebuah cerita yak, setelah sekian lama malas untuk menulis
apapun selain yah… masalah hati dan perasaan. Haha stop stop it’s berlebihan.
Ngga segitunya juga sih. Hanya saja, selama kuliah tingkat III aktivitas
memadat begitu juga hati dan pikiran, semua yang dipikirkan adalah gimana caranya
supaya dapat lulus cepat, tugas kelar, nilai bagus dan imej yg baik, setelah
itu dapat pekerjaan yang sesuai hati.
Alhamdulillah itu semua sudah terlewati. Sudah satu tahun
enam bulan sejak kelulusan saya dan kegiatan saya sehari-hari adalah menjadi
tenaga sukarela di Puskesmas. Pekerjaan ini insyaAllah sesuai kata hati karena
sejak kuliah saya memang udah membayangkan kalau nanti maunya terjun langsung
ke masyarakat sebagai bidan di komunitas.
Kenapa ngga kerja di RS aja? Beberapa
teman pernah nanyain ini. Selain memang saya ngga nulis lamaran kerja di RS
(ehm, sejujurnya pernah sih cuma tidak tersampaikan aja karena telat salah liat
tanggal penutupan lowongan aaakk, hahaha gagal daftar dah), ada beberapa
hal yang membuat saya enggan juga sih sebenarnya karena…… bla bla bla haha, tapi yah intinya ini hati
lebih nyamannya ke komunitas. Wes.
Mulang tiyuh, membangun kampung sendiri.
Deket sama Ibu dan Bapak juga. Setahun enam bulan saya pun membantu kegiatan
apa yang ada di Puskesmas meskipun mungkin dedikasi saya kurang ya, hal ini
karena semangat yang menurun juga saya rasa. Tak semangat puuun, lelah dan
kurang piknik juga kali yah haha. Begitulah.
Oh ya, saya juga sempat jualan bros bando atau aksesori
lainnya gitu kok cuma ya karena hanya dikerjain sendiri ya ngga berkembang gitu
bisnis nya, salah satu kekurangan saya nih ini kurang bisa memanajemen. Ngga
ada gebrakan seperti memperkerjakan orang lain gitu untuk meningkatkan produksi
atau memperluas pasar. Apalagi untuk mengembangkannya lebih lanjut. Well,
just stuck like that. Jenuh melanda puuuun (haduh ketularan kak udoh dora
*plak).
Bekerjalah, dan cintai pekerjaanmu. Bapak Ibu pasti lebih
lama merasakan lika liku nya sebuah pekerjaan dan penghidupan, tapi mereka bisa
survive sampai hari ini, bahkan bisa menyekolahkan anak-anaknya. Allah pasti
kasih jalan di setiap kesulitan. “fainnama’al usriyusroo. Innama’al
usriyusroo”. “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Bersama
kesulitan itu ada kemudahan” (As-Sharh:5-6). Ber-sa-ma. Jadi sebenarnya celah
itu disediakan oleh Allah. semoga kita (iya kita: writer and readers) senantiasa
bisa melihat kesempatan dan celah kemudahan yang diberikan oleh Allah dengan
mata hati kita yang terbuka. Aamin.
Oke. Itu salah satu motivasi saya. Orang tua. Doa mereka,
perjuangan mereka… yang paling menginspirasi. Motivasi kedua yang membuat saya
bisa, HARUS bertahan, dan HARUS maju adalah saya sendiri (mood atau ngga ni harus euy) Yap. Niat dan kemuan
adalah motor penggerak bagi diri kita sendiri. Semasa SMA saya punya cita-cita
“To be a professional midwife and a professional housewife”. Saat itu saya
menjabarkan kata professional yang saya maksud itu gimana sih? Apa aja kriteria
yang harus saya penuhi untuk menjadi profesional dan dalam jangka waktu berapa
tahun kah saya bisa mencapai itu. Kenyataannya, insyaAllah sekarang sedang
bersproses.
Selain itu saya juga banyak ngomong sama diri sendiri (semoga orang
lain yg ngga sengaja liat saya keceplosan berceloteh sendiri ngga ngganggep saya
punya kelainan. Aamin). Sejujurnya itu salah satu cara saya menyadarkan diri
sendiri untuk kembali ke titik rasional seorang Riska. tapi kadang-kadang saya suka
agak-agak juga sih ahahaha *ups. Astaghfirullahaladziim.
Motivasi selanjutnya, saya
punya temen-temen yang care, nyenengin hati, seru, kadang ngangenin
(Eaaa kadang), dan senasib sepenanggungan. Jadi saya ngga merasa kalau saya
sendiri. Tapi tapi tapi, first of all, minta tolong sama Allah untuk kelancaran
apapun yang kita jalankan. Kalau kata mba Afril dan mba Tina (tutor kita),
setiap ada kesulitan harusnya kita lari ke Allah dulu, kita minta ke Allah
dulu, kita ngadu ke Allah dulu. Karena Allah yang ngatur semuanya, Allah yang
punya planning terbaik untuk hidup kita. Keep tawakal. Dan semoga saya
ngga lupa dengan itu semua. Oh ya ada lagi nih kalimat yang saya pernah baca
dan saya inget. “kalau kita masih galau, itu berarti kita masih kurang dekat
dengan Allah”. yah kurang lebih gitu lah maksud dari kalimat itu. Intinya,
ketika hati kita terikat dengan Allah, kehampaan dan kegalauan itu ngga bakal
ada karena ngga ada ruang di hati kita selain mengingat Allah. oke. Ini hanya share
aja ya. move
on yuk move on!!! *sok tegaaar*
Emmm… muqodimah nya agak kepanjangan ya. Haha. Baiklah
sebenarnya saya mau cerita perihal kegiatan saya yang lalu.
Saya mulai dengan
pada akhir bulan februari (kalau ngga salah sih 27 februari. Semoga bener ya
Allah). Saya dapat sebuah pengumuman lowongan pekerjaan sebagai enumerator. What’s
that? Asing sekali ditelinga ini. Saya langsung nanya itu apa ke pengirim
poto selebaran itu, yaitu Bu Heni (KaPKM Banjit, sekarang lagi sakit, semoga beliau
lekas sembuh). Dan akhirnya saya browsing.
Jadi intinya enumerator itu
adalah petugas pencacah yang membantu tim surveyor dalam mengumpulkan data. Yah
secara kasar saya dapat gambaran apa yang di maksud. Saya pun browsing
lebih lanjut dan membaca cerita-cerita di berbagai blog mengenai enumerator.
Hmmm, interesting! Saat itu lowongannya adalah Enumerator
SIRKESNAS(Survei Indikator Kesehatan Nasional) 15 hari dan Survei PTM(Penyakit
Tidak Menular) 22 hari.
Kalau lihat jadwal kegiatannya yang 15 hari(Langsung
tertarik ke SIRKESNAS) kayaknya bukan masalah besar deh, mungkin saya bisa izin
di Puskesmas untuk 2 minggu. Rekrutmen enumerator SIRKESNAS adalah lulusan
Gizi, kesling, kesmas, farmasi, analis kesehatan, bidan dan perawat. Sementara
enumerator Survei PTM adalah hanya dari perawat dan bidan.
Bapak mendukung (yap. semua kegiatan selalu minta pendapat Bapak,
haha anak papi). Dengan pertimbangan waktu yang lebih sedikit kayaknya bagus juga
daftar-daftar aja. Trying. Daftar sebagai enumerator SIRKESNAS aja
deh, meskipun kuota nya hanya 6 orang tapi kalau jodoh bakal ketemu kok (eits)
maksudnya, kalau memang udah jalannya mah bakal keterima, tapi kalau memang
ngga keterima berarti ada hal yang lebih baik selain itu. Pasrah.
Dan… ups, penerimaannya hanya sampai tanggal 29 februari(hari senin, udah liat tanggalan
kok), udah deh ngebut ngebut dah nulis lamarannya. Hari itu juga berangkat ke
kantor pos, niatnya mau dikirim kilat. Tapi kok ya udah jam 2 siang di hari
sabtu nan terik itu kantor pos tutuuuup. Oh nooo~ apakah kami tidak jodoh?
(maksudnya kantor pos dan akyuu) aha! Untung ada kak Devi (tinggal di
BandarLampung) yg sedang piket di UGD dan minggu balik ke bdl.
Tilpuuuun. Dan akhirnya berkasnya dititip ke kak Devi untuk diteruskan oleh adikku ke Poltekkes(alamat
penerimaan berkasnya ke Dirut Poltekkes). Bismillah.
Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 4 April 2016. Tring!
Terdengar notif email masuk di ponselku. Pengumuman Enumerator SIRKESNAS. Belum
sempat baca apa isi pengumumannya, ada telfon masuk dari Bandar Lampung. Ya,
katanya saya keterima sebagai enumerator SIRKESNAS dan kudu mempersiapkan diri
untuk tahap wawancara besok tanggal 5 April. Besyok????? Agak syok juga yah
kayaknya ngga punya waktu deh apa ikhlasin ajaaaa...
Eits tapi ada keterangan pukul
13.00 WIB yang berarti siang. Wah, berarti saya bisa berangkat dari Banjit pagi
nya dan sampai tepat waktu di Bdl sebelum jam 1 siang. Telpon Bapak lagi dan
fix besok berangkat. Sebelum berangkat izin juga ke kepala Puskesmas nih. Selain itu juga saya izin dan
koordinasi dengan kepala UGD. Ke kepala
kampung, ibu kakam, dan kader pun izin untuk kegiatan ini. Kerjaan yang belum
kelar juga langsung di kerjakan cepat di bulan April. Yah, ngga full bulan Mei
ngga masuk juga sih. Kegiatan ini kan mulai nya tanggal 9 Mei. Jadi saya masih ada
waktu untuk masuk PKM sebelum itu. Ini pengalaman baru dan kesempatan yang ngga
tau bisa didapat lagi atau tidak, jadi saya mengusahakan banget dan semoga
Allah juga meridhoi. Niatnya pure karena mau punya pengalaman baru dan
membunuh kejenuhan yang memuncak ini. That’s it.
Bayangan saya mengenai kegiatan yang bakal dilakukan sebagai
enumerator ini adalah pendataan seperti yang saya lakukan bersama teman-teman
bidan saat PKMD waktu kuliah dulu. Ooo… It’s look so hard. Haha.
Kebayang betapa lelahnya door to door mendata segala aspek mulai dari
kesga, phbs, kesling, dll di semua rumah tangga di sebuah desa belum lagi waktu
itu data kami tabulasi dengan program Ms.excel dan kudu mengadakan penyuluhan
dan MMD juga, semuanya dalam waktu 22 hari.
Tapi ya… ternyata untuk pengambilan
data SIRKESNAS ini hanya diambil sampel nya aja. Alhamdulillah. Namanya juga
baru tau. Detilnya, dari 48 orang enumerator yang di rekrut Dinkes Provinsi,
kami bakal di bagi lagi menjadi 12 tim di 12 kecamatan (disebar di 8 kabupaten
terpilih yaitu way kanan, bandarlampung, pesawaran, lampung tengah, lampung
timur, pringsewu, lampung selatan, lampung utara). Jadi, satu tim akan diisi
dengan 4 orang dari 4 prodi yang berbeda. Dalam hati saya bertanya-tanya
siapakah yang akan menjadi teman satu tim saya? (sambil harap-harap cemas)
Dalam survei ini juga saya baru kenal istilah BS (Blok
Sensus) yaitu wilayah sensus yang akan diambil datanya seperti sebuah Desa dan
Dusun. Jadi, dalam 1 BS akan ada 25 RUTA (Rumah Tangga) yang akan di ambil
datanya. Dan 1 Tim Enumerator akan mencacah 3 BS dengan jangka waktu
penyelesaian 1 BS untuk 5 hari puldat (pengumpulan data). Wow, we need a strategy
here. Mendengar info seperti ini, darahku langsung mendidih. Ahaha bisa
gitu ya. Yah, kita bisa sebut itu juga dengan istilah “menjadi semangat lagi”. Ehm
*senyum-senyum*
PELATIHAN ENUMERATOR
Finally, tanggal 9 Mei pun datang dan dengan berbagai
persiapan, workshop enumerator SIRKESNAS 2016 pun dimulai. Oh ya SIRKESNAS
pertama kali diadakan di tahun 2016 ini. Tujuannya(secara singkat) adalah untuk
mendapatkan informasi terkini tentang pencapaian indikator pembangunan
kesehatan dalam Renstra Kemkes dan RPJM 2015-2019 serta melihat adanya
kesenjangan antar indikator sehingga nanti memungkinkan pemerintah merancang
intervensi dengan peran yang lebih spesifik. Data yang dikumpulkan melalui
SIRKESNAS ini juga mungkin bisa menjadi bahan evaluasi terhadap pencapaian
program meskipun tidak mewakili seluruh kawasan di Indonesia karena yang
diambil hanya sampelnya saja. Sebagai enumerator juga saya kurang mengerti masalah
bagaimana cara mengambil sampel nya. Hehe.
Well, sesuai perjanjian dan jadwal yang dikirim via
email, kegiatan workshop ini akan dimulai pukul 13.00 WIB. Tetapi ternyata
ruang menginapnya baru akan siap ba’da ashar. Waiting-waiting at the lobby gitu
lah kami beramai-ramai dan masih belum pada kenal satu sama lain meskipun
banyak juga diantara mereka yang sudah pada kenal karena mereka satu alumni.
Sekitar jam 3 siang kami pun mulai dikumpulkan di salah satu meeting room
di hotel tersebut. Ruangan yang lumayan luas dan shyuuper dingin. Kalau begini
setiap hari bakalan hyperactive bladder terus nih huuuft *sigh*. Tapi kayaknya diriku tak
syendiriiiii lalalala~ (yg lain pada bolak balik toile juga ternyata haha)
Oh ya, saya jg mau memperkenalkan teman sekamar saya waktu itu adalah Rini Marzella dan Puji Lestari (bidan semua). Sebenarnya harusnya sekamar berdua cuma ya karena saya ngga dapat teman kamar ya apaboleh buat. Tetapi saya lebih senang jg karena semakin rame semakin seru haha (jiwa anak asrama, semoga mereka berdua pun merasakan hal yang sama #eaaaa). Tapi ada sedikit problem karena kami bertiga (soalnya harusnya kan berdua jdi kalau 3 orang bakal kena charge katanya), tapi pada akhirnya semua ngga jadi masalah kok. Rini akan jadi enumerator di Lampung Timur, yeay, satu tim dengan saya. Sedangkan Puji dapat di way kanan (katanya dia berharap ngga mau dapat way kanan, makanya.... Itulah namanya jodoh ji, ngga kemana wkwkwk) dan Way Kanan adlh kampung halamanku. Yah, tp sudah tak bisa dituker2 sepertinya dan lagipula mungkin kita bisa cari pengalaman yang lebih baru ketika kita ada di negeri orang (duh bahasanyaaaa). Sukses ya girls!
Oke, lanjut. Pertemuan pertama workshop enumerator ini saya agak lupa juga ngapain aja
haha. Emm… Tapi seperti biasa lah di setiap pertemuan pasti ada perkenalan.
Kalau tidak salah saat itu perkenalan, dinamika kelompok dan pre-test. Kami berusaha
kenal satu dengan yang lainnya dan kelompoknya sudah dibagi euy. Saya dan tim
akan bekerja di kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Jabung. Hmmm… Jabung?
Langsung search deh dan melihat artikel-artikel berita yang ada, feeling nya
jadi agak-agak ngga enak gitu. Tapi yah, itu kan artikel. Kondisi asli tempat yang
jadi blok sensus kami ini saya belum tau seperti apa. *positive thinking*
Saat itu saya baru kenal teman-teman sesama bidan saja. Jadi
saat nama kami semua di absen, saya harus cari tahu bagaimana wajah tim saya.
Tapi sayangnya, saya duduk di barisan paling depan, jadi ketika mereka
mengangkat tangan, saya tidak lihat bagaimana siapa saja kah mereka. Oh no! gimana lah.
Untungnya, di sebelah kiri barisan depan ada satu orang teman tim yang
tertangkap pandangan. Yes! I got youuu...
Pertemuan berikutnya
ba’da magrib, kami duduk per tim. Kenalan dulu dong dengan sesama anggota tim. Duduk
di sisi kiri saya saat itu adalah Dwi Ratri Lutfita (seorang apoteker), di sisi
kanan ada Dyah Ayu Larassati (Kesling), dan ups, di kanan Dyah pasti namanya M.
Rifki Fahrian (nutrisionis, tau setelah cek nama anggota) dan
dia sedang sibuk menuliskan nomor KTP nya tanpa sadar kalau ada orang yang mau
kenalan disebelah kirinya. Ehm, Krik krik krik… ah sudahlah. Tapi pada akhirnya kami
kenalan semua kok, yeay! Tanya Tanya ini itu, lulusan apa, tahun berapa,
kelahiran tahun berapa, asli orang mana, single atau ngga, suku apa, dan
bertukar nomor handphone dan pin BB. Pedekate gitu. Haha. Berkenalan secara
umum.
Tanggal 10 Mei – 12 Mei 2016 agenda kami adalah materi
mengenai indikator yang akan di survei dan memahami isi kuesioner Puskesmas dan
rumah tangga. Enumerator akan mengambil data di Puskesmas, rumah tangga, dan
individu. Sementara Penanggung Jawab Teknis Kabupaten (PJT Kab) akan melakukan
pengambilan data di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Setiap tim yang ditugaskan per
kecamatan ini akan jadi tanggung jawab PJT Kab. Di setiap kabupaten itu sendiri
akan ada Penanggung Jawab Operasional (PJO) dan Penanggung Jawab Alat dan
Logistik(PJAL). PJT kab kami adalah Pak Ahmad Faridi, PJO pak Saiful, dan PJAL
kami adalah Bu Leli. PJT provinsi kami adalah pak Sihadi, tim peneliti. hehe. Di Lampung Timur ini pun kami tidak sendiri, ada teman tim
lainnya yaitu Tim Kecamatan Sukadana terdiri dari kak Aditio Baskoro(katim), Mba Nur
Karsiyah Ningsih, Rini Marzella, dan Okta Ferdiansyah (selain Rini, saya baru kenal mereka
di akhir pelatihan hehehe).
Selama proses belajar, kami diberikan modul dan setiap pagi
harus review materi. Kuesionernya lumayan banyak dan detail. Terdapat sekitar
39(atau 36 ya? Lupa) indikator kesehatan termasuk KIA, Gizi, Imunisasi,
kesling, dll.
Meskipun terus-terusan dijejelin materi, perasaan saya saat itu
adalah bersemangat dan senang. Why? Saya merasa sudah lumayan lama ngga duduk
disebuah kelas dengan teman-teman untuk belajar bersama. Excited banget
rasanya saat itu. Selain bisa belajar lagi, saya juga bertemu dengan
orang-orang baru, lingkungan baru, melangkah dengan tujuan yang sama.
Mengingatkan saya pada emosi masa sekolah. Haha. Disamping itu saya bisa hidup
hemat disana, Alhamdulillah.
Hari Jumat, 13 Mei 2016, kami pun berangkat untuk praktik
pengambilan data di lapangan. Saya dengan anggota tim lain berangkat ke
Puskesmas, dan teman satu tim saya yang lainnya berangkat utuk pengambilan data
ke rumah tangga. Saya dan tim puskesmas berangkat ke Puskesmas Satelit di
Pahoman, Bandarlampung. Pengambilan datanya lumayan ribet karena semua
informasi harus berdasarkan telaah dokumen tapi karena Bapak/Ibu petugas
pemegang programnya bekerja sama dengan baik akhirnya kegiatan puldat pun
selesai sebelum solat Jumat.
Well, enumerator yang ke rumah tangga
selesai jauh lebih cepat dan mereka sudah sampai duluan. Saya hanya berharap
semoga kami nanti bisa bekerjasama dengan baik ketika benar-benar terjun di
lapangan.
Kegiatan di jumat sore dan hari sabtu kami lumayan free,
pembahasannya seputar manajemen data (how to entry your data) dan
hal-hal teknis lainnya seperti strategi masing-masing kelompok saat puldat
nanti dan masalah pembiayaan transport dll. Seperti itu lah.
Sabtu nya karokean berjamaah. Hahaha. Bu Asih mewajibkan kami nyanyi atau joget supaya dikasih duit TC. Jadi ya beberapa orang nyanyi dengan percaya diri dan sebagian yg lain betah-betahan untuk ngga nyanyi (termasuk aku juga sih agak isin, maunya kalau semua org tu udah bubar baru deh berani wkwkwk). Tapi ya karena memang udh keburu sore, mau ngga mau maju dah kita kita para cewe-cewe anggun nan pemalu untuk nyanyi gaya orang lagi lomba kur di depan kelas. Jiaaah. Sing penting maju ya ngga guys!
Oh ya, sejak awal
pembagian kelompok, kec. Jabung ternyata belum dipastikan bakal di pakai
sebagai blok sensus atau tidak. Katanya ditakutkan proses pengambilan datanya tidak kondusif karena lokasi dan lingkungan kurang
aman. Jadi, selama pelatihan, hati kami sebagai Tim Jabung agak dilema dan
galau gitu. Menurut PJT kami, solusi yang ada adalah: Jabung tetap akan jd
wilayah sensus, kami akan dipecah dan dimasukkan ke tim lain, atau lokasi
sensus akan dipindah ke kecamatan lain.
Saya berharap di pilihan ke tiga karena
pilihan pertama sepertinya tidak memungkinkan, pilihan kedua membuat hati saya
kurang sreg (aku tak mau berpisah dari kaliaaan tim), jadi pilihan ketiga
adalah yang terbaik menurut saya. Dan keputusan akan datang dari Pusat.
Ta-da! Hari jumat itu juga informasi masuk. Tim kami akan
dialihkan ke kec. Sekampung Udik, Lampung Timur. Tapi hal lain yang harus kami
lakukan adalah melakukan pemutakhiran data. Jadi, daftar rumah tangga di tiap
blok sensus harus kami update dan di pilih secara random(dengan rumus) untuk
dimasukkan ke daftar survei rumah tangga. Sebagai gantinya, kami tidak
diwajibkan untuk entri data. Ringan? No. Kurang dari 400 rumah tangga harus
kami cek satu persatu di daerah sensus yang belum kami kenal? It’s hard.
Jadi kami bekerja sama dengan tim BPS untuk pemutakhiran data sebelum kami
terjun ke lapangan.
MULAI PULDAT
Hari minggu pulang ke rumah masing-masing, nyuciin tuh baju-baju yang udh habis pas di pake TC(pelatihan), temu kangen juga sama keluarga di rumah dan minta doa restu sama ortu. Mba Ningsih, Okta, Rifki dan saya janjian untuk ketemuan di bunderan dan nantinya akan jemput pak Faridi di Bandara. Tapi Rifki kena musibah pecah ban, jadi kami jemput Rifki juga supaya ngga tambah telat. Sementara Kak Adit, Rini, dan Mba Lutfi sudah janjian di Metro. Dyah bakal bergabung di Sukadana.
Kami
berangkat menuju Lampung Timur tanggal 18 Mei 2016 pukul 08.45 WIB. Kami datang ke Dinkes dan kemudian ke Puskesmas Sukadana. Yap, hal pertama adalah memperkenalkan diri sebagai tim SIRKESNAS yang akan melakukan pengambilan data di wilayah Kerja Sukadana dan Sekampung Udik.
Singkat cerita, puldat dimulaiiiii…. Jeng
jeng jeng. Di hari itu juga Tim Sukadana berhasil mengumpulkan data sebanyak 5 RUTA.
Wow semangat sekali merekaaaa. Dan kami??? Toeng toeng. Belum melakukan gerakan apapun karena proses
pemutakhiran data belum selesai. Hari pertama kami kurang semangat. Leye leye
tak karuan jadi galawers berjamaah. fyuhhh
Hari kedua kami akan mengambil data ke Puskesmas dan sorenya
Alhamdulillah pemutakhiran selesai, kami pun mendapatkan daftar 25 RUTA di BS 1
ini (Desa Sidorejo). Tim kami jadi semangat lagi. Yeay! Besoknya, Rifki dan Mba
Lutfi langsung cao ke Dusun 8 untuk pengambilan data di Rumah Tangga dengan
membawa peralatan dan atribut enumerator lengkap. Tempur gan temur! Sementara
Dyah dan saya(Riska) harus kembali ke Puskesmas untuk menyelesaikan hutang, eh
puldat maksudnya, yang belum kelar.
Siang nya kami pun sudah bisa mengumpulkan
data RUTA bersama-sama. Bersatuuuu!!! Hari itu juga PJT kami datang dan memberi
kabar bahwa beliau membawa update entri Puskesmas dan RUTA. What??? Ini serius
kami bakalan ngentri? Katanya enggak? Yah tapi apa boleh buat, ini perintah
pusat karena entri data memang tugas enumerator.
Dan ssstttt… sejujurnya juga
saya agak merasa kehilangan ketika dikasih tau bahwa ternyata kami ngga
ngentri. Haha sooook. Tapi beneran, karena ekspektasi saya sebagai enumerator
saya bakalan puldat dan entri. Ketika bagian itu hilang saya agak berasa gimana
gitu. Ada yang sependapat? Hahaha kayaknya ngga ada deh aaaaaak kabuuuurrrrr…
Di Dusun VIII Desa Sidorejo, mayoritas 99% masyarakat
bersuku bali. Dengan diantar pak Kadus, pak Made, kami mulai pendataan dari RT
yang paling jauh. Hari pertama puldat kami baru berhasil mengumpulkan data 10
RUTA. Selain wawancara, ada pengukuran juga yang kami lakukan seperti timbang
BB, TB, LILA, LP, Tensi, dan Hb Bagi bumil. Jadi ya lumayan suwi puldatnya.
Kendaraan yang kami gunakan adalah dua motor dan kami
membagi tim kami menjadi dua supaya pengambilan data menjadi lebih cepat. Seperti desa Bali pada umumnya, ada banyak guguk di dusun tersebut. Beberapa dari kami rada ngeri juga kan. Apalagi Mba
lutfi dan Rifki yang duluan puldat, bahkan mereka ngga sempet lepas sepatu masuk ke rumah responden dan
saling mepet-mepetan saking takutnya sama para geng guguk. Yah padahal kan guguknya cuma mau berteman, iya ngga tem? Wkwk. Dyah juga
sama saja, hampir saja motor yang saya bawa lompat gara-gara Dyah yang kaget
lihat guguk di dekatnya dan ngagetin saya yang bawa motor. Dyaaah dyaaah. Tapi
untungnya para geng guguk tersebut nurut dengan tuan rumahnya, ngga ada insiden
apapun kok. Haha. Emmm, saya sempat juga lho melototin mereka wroarrr guk guk guk. #eh
Next, puldat di Desa Sidorejo memakan waktu sampai 5 hari.
Dan di hari terakhir malah ada kendala dalam hal transportasi dan tempat
tinggal. Kami tidak bisa menghubungi kepala Desa Gunung Agung, desa Blok Sensus
berikutnya. Kami pun menghubungi bidan Desa Gunung Agung dan
Alhamdulillah bu Bidannya dapat mencarikan kami tempat tinggal (PJ kami
juga bantu mengkoordinasi, bu Leli, yihiii).
Tapi kalau pindah BS berikutnya
bakal terkendala gini lagi kan ngga asik jadinya. Katim kami, Rifki, mengajak
kami untuk meminjam mobil Mba Lutfi saja di Metro supaya ngga paleng sama
transportasi dan ngga perlu sewa motor. Tentu saja itu ide yang bagus! Akhirnya
tanggal 23 Mei ini kami fokuskan untuk mengambil kendaraan di Metro. Bolak
balik ngga papa dah, asal pak sopir tak lelah puuuun. Haha.
Kami sampai lagi di Desa Gunung Agung saat menjelang magrib.
Jadi hari ini kami gunakan untuk melapor ke kepala Desa bahwa tim SIRKESNAS
sudah dataaaang. Yeay! Alhamdulillah pamong Desa nya bekerja sama dengan baik,
dan juga penunjuk jalan kami berikutnya adalah ibu Kader Munawaroh. Kami mulai
Puldat di keesokan paginya.
24 Mei 2016. BS kami di Gunung Agung adalah di Dusun 1.
Seperti biasa, kami mengumpulkan data tiada henti. Mereplay ucapan berkali-kali
udah kayak kaset ruwet aja. Mulai dari informed consent sampai isi
kuesioner. Kata-katanya diulang-ulang. Lelah maaak. Haha. Semua dilakukan
ngebuuuut tapi tetap harus menjaga kenyamanan. Langkah-langkah isi kuesioner
pun sedikit demi sedikit kami pahami dan tentunya kami mewawancara dengan gaya
wawancara kami yang berbeda-beda pula. Apalagi Dyah, emmm masteeer. Hehe
Sampai-sampai saking ngga fokusnya, suka ngga
ngerti respondennya lagi curhat apaan (maafkan dakuuuu) dan bahkan saya sendiri sempat
amnesia sejenak. “Maksudnya gimana mba?” respondennya nanya, ngga ngerti sama
pertanyaan saya. Lah, bahkan saya juga udah lupa barusan saya ngomong apaan tho. "Dyah aku tadi ngomong apaan ya?" help me please. Tolong aku dimana ini? Gubrak. Linglung. Mungkin dia lelah~ haha
Saya rasa jg mkn karena udara yang begitu panas meskipun
sempat kehujanan juga. Luar biasa deh pokoknya. Rasanya pingin ketawa sambil
nangis kalau ingat pengalaman pas puldat. Macam-macam aja kejadiannya tapi
seru, seru banget. Di Gunung Agung kami puldat dengan transportasi mobil.
Alhamdulillah lebih mudah jadinya. Lanjut keliling mencari alamat responden
sampai pengumpulan data di Gunung Agung selesai.
Kami melajutkan perjalanan ke BS terakhir yaitu di Desa
Mengandung Sari. Masalah transportasi teratasi, dan tempat tinggal pun begitu
karena Mba Lutfi punya teman di Mengandung Sari jadi kami tinggal dirumahnya,
Mba Tari namanya. Yeay!!! Sesampainya di Mengandung Sari, kami laporan dengan pamong
dan bidan desa. Sambutannya hangat. Kami harap semoga puldat esok hari
dapat berjalan dengan baik.
Baiklah, hari ini kami kumpulkan semangat, auuuuuuuwo jedag jedug jedag jedug. persiapan suara juga untuk mengulang-ulang kata nanti. Ehm ehm tu wa tu wa.
Well, We’re
ready!!! Penunjuk jalan kami kali ini adalah Kepala Dusun V, Pak Tumin dan
Istri. Untuk shift pagi sampai siang, kami di bimbing oleh bu Kadus dan bu Farida (bides). Saat itu
cuaca kurang bersahabat, mendung dan hujan rintik-rintik melanda. Meskipun
begitu bu Tuti(bu Kadus) tidak mau diajak untuk berbarengan naik mobil saja,
alasannya karena beliau mau mengumpulkan dan memberitahu warga yang jadi
responden terlebih dulu sebelum kami sampai. Yap, untuk keefisienan waktu sih
lebih tepatnya, tapi kami ngga tega juga liat bu Tuti kehujanan, kami berharap
semoga beliau ngga jatuh sakit nantinya. Lagi-lagi kami kerja ngebut tapi harus
menjaga kenyamanan responden. Kata-kata wawancaranya agak lebih di ringkas,
cepat, dan tepat sasaran pertanyaan. Aha, ternyata bisa juga. Mungkin karena
sudah mulai sering. Ala bisa karena biasa kaaaan. Siang harinya, Bu kadus berganti shift dengan pak kadus. Eaaaaaa.
Biasanya, yang paling banyak wawancara masalah KIA adalah
saya dan Mba Lutfi, Rifki spesialisasi bapak-bapak dan anak laki-laki, Dyah
spesialisasi alat. Hehe, Ngga monoton gitu sih tapi kebanyakan gitu. Namun tidak
untuk puldat kali ini. Semuanya pegang masing-masing kuesioer RUTA. Satu
enumerator untuk wawancara satu RUTA.
Yep! Mangat kawan! Dan hari ini kami
kerja lembur. Sampai akhirnya selesai 25 RUTA. Diakhir hari kami menghela nafas
dan tertawa bersama. Senyum sumringah tergambar jelas diwajah kami. Sungguh
hari yang sibuk. Set set set set. Hahahaha. Kami ngga menyangka kalau kami
telah menyelesaikan semua proses pendataan. Bahagiaaaaaa rasanya. Hah~
Alhamdulillah.
Rada lucu juga kalau mengingat ingat gimana proses pengambilan data nya. Ada yang hampir dijilat guguk, ada yg digebukin responden (anak balita), ada anak yg ngamuk ngga mau diperiksa karena takut disuntik, ada anak yg ngga terima emaknya di tensi, ada responden yg lagi ngga enak badan (kami disangka bawa obat obatan pulaaa), ada kesalahpahaman2 pertanyaan yg kami ajukan(ditanya apa jawabnya apa wkwk. Salah nanya nih), ada yg konseling berbagai macam masalah kesehatan rumah tangga, juga ada beberapa masalah dalam komunikasi enum-responden, dan banyak juga responden yang kami ubek ubek ingatannya gimana caranya supaya responden ingat dan bisa jawab isi kuesioner (maksaaaa.... Yah namanya juga probing, menggali informasi).
Eits! Ada yang lupa. "Mba ini belum di tanda tanganiii" Dyah tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Ternyata daftar kunjung responden dan
daftar kontak lupa untuk di tandatangani kepala desa Sidorejo dan Gunung Agung.
Walah dalah… alamak balik lagi ini mah. Tepok jidat semuanya. Untung ngga begitu terlambat menyadarinya. Huuuftt. Selain itu, kami juga
belum sempat menyelesaikan proses cleaning dan entri data. Perjuangan belum
berakhir kawaaaaan!!!
Pengumpulan data 15 hari segera berakhir. Kami harus kerja
cepat lagi untuk cleaning dan entri data. Untungnya tim Sukadana ikut membantu
proses cleaning dan entri tim kami. Gomawo cingu deul! Haha.
Kali ini Tim
Sukadana dan Tim Sekampung Udik bersatu dalam satu basecamp. Kerja sama. Ngerjain
punya temen yang belum selesai secara bersama-sama. Dan Alhamdulillah akhirnya
ke kejar jugaaaa yeay! data yang sudah di entri di zip dan PJT kami yang mengirim data ke pusat. Semua alat dan kuesioner pun kami packing
karena harus dikembalikan ke pusat dalam kondisi sehat walafiat tak kurang
suatu apapun. Yah, paling yang berkurang juga alat-alat habis pakai macam
tissue, masker, handscoen, dan batu baterai. Pak Faridi dan kak Adit pun pergi
memaketkan kardus kuesioner untuk dikirim ke bu Asih di Jakarta.
Dihari terakhir, Rifki, Mba Lutfi, Dyah, Rini, Okta, dan
Saya menghabiskan waktu bersama untuk makan bareng, ngobrol bareng, dan
karokean di Kota Metro. Yippi! Malamnya hanya Tim kami(Sekampung Udik) yang
jalan keluar. Mba Lutfi, Dyah, dan Saya makan malam bareng dan ngebolang bareng, waktu itu kami
makannya kupat tahu dan sop buah. Setelah itu kami bertiga mengintari Taman
Merdeka, Metro, untuk foto-foto dan naik kuda. Haha. Sementara Rifki, Dia lagi
COD-an dan ketemuan sama temennya. Kemudian kami kembali. Pulang ayo pulang. Hiks.
Ini kah hari terakhir bersama merekaaaaa. Huaaaahuhuhu hiks hiks. Dah dah stop.
Sampai di basecamp, Tim Sukadana sudah selesai mempersiapkan presentasi mereka
besok di Dinkes Lampung Timur. Mba Ningsih dan Rini sudah selesai packing. Hmmm,
mungkin kami terlalu lelah untuk ikut packing juga. Besok deh pagi-pagi buta.
Keesokan paginya, kami semua Tim Lampung Timur dan PJT
siap-siap berangkat ke Dinkes Kab. Lampung Timur untuk presentasi dan pamitan.
Karena sudah kesiangan kami semua ngga sempat sarapan, untung disana bu Leli
dkk sudah nyiapin snack buat kita semua. Presentasi pun berjalan lancar (Tim
Sukadana mewakili Tim Lampung Timur), isi presentasi meliputi poin-poin umum
saja.
Ternyata presentasi ini diluar ekspektasi Bapak Kabid dan jajarannya. Namun
apa boleh buat. Ini sudah amanah dari pusat bahwa data tidak boleh di bocorkan
karena tidak akan mewakili gambaran pencapaian program kesehatan kabupaten
Lampung Timur. Data ini hanya digunakan untuk melihat gambaran secara Nasional
dan pokoknya ngga boleh dibocorkan. Well, begitulah kurang lebihnya.
Di Sukadana,
kami berpisah dengan Dyah. See you Dyaaaah~ Kemudian kami pun bertolak
ke Metro lagi untuk mengembalikan dan mengantarkan mobil Mba Lutfi (memang rute pulangnya harus lewat Metro sih). Disana kami
juga berpisah dengan Mba Lutfi. See you Mba Luuuuuut~ Rifki dan saya
jadinya ikut mobil kak Adit untuk kembali ke Bandar Lampung. Di Bunderan Radin
Intan giliran saya yang berpisah dengan mereka semua. See you teaaaam~ Bapak sudah Jemput saya di Bunderan, dan langsung saja, setelah kembali ke
Rumah sebentar, Bapak, bik Tia, dan Saya pulang ke Banjit. Balek kampoooong~
Itulah tadi sepenggal dua penggal yg kemudian dipenggal penggal lagi jadi sebuah cerita. Dari saya. Finally~ selesai juga diary ini dibuat. Saya suka sekali mencatat
hal-hal yang(menurut saya) menarik untuk dijadikan kenangan dan bukti tertulis.
Yah, setiap kegiatan kan perlu dokumentasi, baik foto maupun catatan. Ya nggak?
Meskipuuun, tulisan saya rada ngga jelas, ngga seru, dan kurang runut. Haha. Tapi paling
tidak saya bisa mendengar diri saya bercerita di masa lalu ketika saya membaca
kembali tulisan ini di masa depan. Yap!
Bagi saya, poin yang bisa diambil dan membekas di agenda ini adalah: dapat kawan baru horeeee!!! Kemudian, membuang rasa jenuh, menambah pengalaman, nambah link, nambah penghasilan, bikin ortu ikutan seneng, membangkitkan semangat diri, bisa belajar lagi, dan dan dan dan melupakan sejenak masalah *uhuk* jodho. Haha.
Buat Tim saya. Rifki, Mba Lutfi, dan Dyah. Trimakasih atas
kerja sama tim nya selama ini. Haha seru deh jalan dan bertualang sama kalian. Maafin
ya semua hal-hal yang menyebalkan dari saya yang pernah sengaja atau tidak
sengaja saya lakukan. Semoga kita tetap bisa berteman, keep in touch, ngga
sombong-sombongan dan ketemuan lagi di waktu-waktu berikutnya. See you to
the next story guys! I’ll miss you all, Team. Hiks.
Sekian cerita saya. Wassalamualaikum….