Rabu, 22 Maret 2017

Kesalahan 102 Transaksi Tidak Dapat Diproses Silahkan Cek Pulsa Simcard Anda

Assalamualaikum, 
baik, siang ini saya mau cerita tentang pengalamanku aktivasi Internet Banking BRI dengan berbagai kendalanya.

jadi, untuk aktivasi I-banking atau M-banking, kita harus datang ke KCP BRI terdekat dengan membawa Hp smartphone (Pulsa OKE, koneksi internet OKE) dan sudah download aplikasi BRI mobile di playstore, membawa kartu ATM, Kemudian membawa fotokopi(atau asli untuk jaga-jaga) KTP dan buku tabungan. dan silakan registrasi melalui CS bank.

kalau di pengalaman saya ini, ini sudah ke DUA kali nya ID user I-banking saya terblokir, jadi harus di blokir dan registrasi ulang deh. ckckckck... yang pertama karena saya lupa pasword (karena udh lama ngga login ke BRI mobile nya) dan kedua tiba-tiba ID user saya terblokir entah kenapa. kemudian saya menelpon BRI pusat di 14017. Kata CS nya, ID User saya terblokir karena sudah lebih dari 40 hari saya tidak pernah mengakses BRI mobile saya. Gitu yaa... hmmmm....

and Then, di kali kedua nya BRI mobile saya terblokir ini, saya kembali aktivasi dengan membawa seperangkat syarat buat aktivasinya dan, yup, kata mba CS nya sudah bisa. Kemudian saya langsung aktivasi lewat aplikasi nya. disini masalahnya terjadi......

saya login ke Website ib.bri.co.id dan disana ada kode kesalahan BBR2015. katanya saya belum aktivasi mToken, hmmm.... padahal tadi sudah. apa pula ini? jadi saya kembali telpon 14017 (huhuhuhuhu ini nelpon super duper boros pulsa apalagi kan isinya percakapan yg lumayan panjang). dan CS BRI di telpon menjelaskan bahwa saya harus aktivasi mToken lagi karena mToken hanya bisa digunakan kurang dari 5 menit. Dan buka website ib.bri.co.id nya harus lewat PC alias Komputer di menu layanan Nasabah. ikuti perintahnyaaaa dan well done! 

oh iya, saat kita sudah registrasi mToken di website, tetap di menu Layanan Nasabah, kita pilih daftar IBanking. dan kita akan dikirim link download aplikasi BRI Mobile (.APK). nah, karena ini subaplikasi nya dari luar source, pastikan juga di PENGATURAN handphone, SECURITY, switch UNKNOWN SOURCES (Aplikasi tidak di kenal). pastikan koneksi internet HP bukan dari wifi dan ada pulsa. baru deh aplikasi bisa dijalankan. Itu yang ada dipikiran saya....  


Ketika saya masuk ke aplikasi dan memasukkan User ID dan Password, jeng jeng! Kesalahan 102.
Transaksi Tidak Dapat Diproses Silahkan Cek Pulsa Simcard Anda.

PADAHAL pulsa cukup kok dan internet stabil. dan ternyata masalah ini terjadi karena Hanphone saya (LENOVO A7000+) dual sim, jadiiiiii.... pastikan juga di bagian PENGATURAN, SIM MANAGEMENT, di DEFAULT SIM SETTING (Pengaturan SIM default) di bagian Pesan/ Messaging kita harus memilih Simcard yang nomornya telah kita daftarkan, bukan always ask. setelah pengaturan SMS nya saya ubah, dan kembali login di aplikasi, barulah aplikasi dapat dijalankan dengan mulus.

oke, begitulah kejadian hari ini. semoga bisa jd pencerahan bagi readers. memang buat aktivasi mbanking atau ibanking rada riweh. tapi tetap sabar yaa daripada kudu bolak balik ke ATM atau kalau tengah malam harus tranfer tapi ATM pada tutup kan lebih riweh. oke selamat mencoba.

wassalamualaikum.

nb. maaf penjelasan tidak disertai foto. lupa mau screenshot hp. LOL

Rabu, 18 Januari 2017

A Trip To Way Kambas


Assalamualaikum... hello readers! 
Kali ini aku ingin bercerita tentang pengalaman pertamaku ke Taman Nasional Way Kambas, Lampung. yup, sebuah tempat konservasi gajah sumatera yang berlokasi di Lampung Timur, Lampung.

Awal Desember 2016, Hazel, sahabat pena ku dari Hong Kong bilang kalau dia ingin berkunjung ke Way Kambas bulan desember ini. Oke, bakal aku jelaskan siapakah Hazel. Nama asli Hazel adalah Ip Sze Wa (baca:yipshiwa). Tiga tahun yang lalu Hazel pernah menjadi volunteer di Way Kambas. Sebelum Ke Way Kambas, Ia mengirimkan aku email melalui situs postcrossing.com. Ia bertanya-tanya mengenai Lampung, gimana caranya ke sampai ke Way Kambas, dan bahkan lama-lama kami jadi teman dan bertukar kartu pos. Sehari sebelum Ia sampai ke Lampung, Hazel bilang kalau Ia akan dijemput temennya yg lain, dan aku pun bertanya-tanya siapakah itu??? soalnya kan Bandarlampung sempit, kali aja kenal. eh ternyata temennya itu adalah Uni Fini, teman sekelas dan satu geng saat SMA. Hahahaha, ternyataaa.... alhasil saat Hazel sampai di Bandara Radin Inten II, aku dan Fini yang sudah Janjian duluan menjemput Hazel dan kami pun melakukan mini-city-tour. Keliling-keliling, sarapan bakso Sony haji khas lampung, Foto di Bunderan Gajah (Selama hidup di Lampung belum pernah sama sekali berenti disini, paling kalau ada lampu merah doang berentinya), Ke Kantor Pos buat inspeksi aja sama nanyain ada kartu pos atau engga, ke Mall CP liat liat trus makan puding puyu atau poyo gitu lupa haha, trus ke museum Lampung (aku baru kedua kali ke sini, fini pertama kali haha), daaan balik lagi ke Bandara karena Hazel sudah ditungguin sama teman-teman nya dari berbagai negara yang sama-sama jadi volunteer. Well done. See you again Hazel...




Ngga menyangka kalau kata-kata "see you again" itu bakal terjadi. Oke lanjut cerita yg pertama. Hazel akan mengunjungi Way Kambas bulan desember ini. Katanya Ia ingin mengunjungi tempat yang lebih hangat(soalnya disono lagi mucim dingin) dan saat chat sama Mahout Way Kambas, dia jadi kepikiran buat ke Way Kambas lagi. Aku pun jadi guest nya Hazel untuk ikutan ke Way Kambas. Haha yg orang lampung nya sendiri aja belom pernah dan malah jadi guest pula. ckckck. sementara Fini tidak bisa ikutan karena Ia sibuk dengan Ujian-ujian di akhir masa co-as nya. Semangat un!

Tanggal 27 desember 2016 pukul 5 Sore, Hazel sampai di bandara dan aku yang diantar Ami (adikku) sedang menunggu Hazel di luar. well finally, kami betemu lagiiii!!! yeay! untuk orang yang biasa tinggal di Desa seperti ku, Hongkong itu lumayan jauh banget dan entah bisa apa engga ke sana, bertemu teman yang berada sejauh itu adalah hal yang wow menurutku. makanya aku excited banget buat ketemu Hazel saat itu.

Ngga banyak yang berubah ya dari foto 3 tahun yang lalu. Begitulah. haha.
Untuk ke way kambas, tadinya Hazel sudah nanya-nanya tentang bus Damri yang sekarang sudah beroperasi langsung ke Way Kambas, tapi pada akhirnya Ia menyater mobil untuk masuk ke Way Kambas. Oke. selagi menunggu jemputan, kami pun ngobrol-ngobrol. Setelah dijemput mahout Adi, kami sampai di guest house di dalam area way kambas pukul 10 malam lalu istirahat. 

Oh ya, buat readers yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas dan mau menginap, untuk tinggal di guest house biaya nya sekitar 200rb/hari. Sebenarnya nama guest house ini adalah Mahout House, tp bisa digunakan sebagai guest house. Ada enam kamar dan kamarnya lumayan luas dengan dua bed ukuran besar. Kamar mandi di luar kamar dan tersedia juga dapur. Kalau mau penginapan yang agak mahal, ada ecolodge yang lokasinya di luar pintu masuk Way Kambas. biayanya aku kurang paham. Pastinya lebih mahal dari guest house di dalam dan terdiri dari enam cottage. Akses ke Way Kambas juga tergolong mudah. Sekarang bus Damri beroperasi langsung dari Rajabasa-Way Kambas dan Way Kambas-Rajabasa. Ongkosnya cukup 25 ribu rupiah dan waktu tempuhnya sekitar 2-3 jam. Bus yang beroperasi ini ada 3-5 kali tapi kalau soal waktu nya kapan aku juga kurang paham haha. bisa langsung tanya ke pool Damri nya. dan tiket masuk Way Kambas nya untuk pengunjung lokal cukup 5000 rupiah + partisipasi asuransi 2000 rupiah per orang. 

Kegiatan yang bisa dilakukan saat berkunjung ke way kambas sebenarnya ada banyak. pertama yang agak ektrim dan mahal itu perjalanan ke Kalibiru dengan speedboat. Di Kalibiru, kita bisa mengintari sungai selama 1 jam dengan menikmati keindahan alam sekitar sungai. Tapi untuk ke Kalibiru perlu 1 jam waktu tempuh lagi loh ya, jaraknya sekitar 18 Km dari spot utama Way Kambas. dan untuk naik speedboat tersebut anda harus merogoh kocek sebesar 1-1,5 Juta. Lumanyun kan? eh lumayan kan?
Kedua, rumah pohon, tapi kurang paham juga, skrng sudah tidak bisa dipakai soalnya udh lapuk.
Ketiga, ada package mengikuti kegiatan mahout (sais gajah, pawang) seharian. Mulai dari melepas gajah, memandikan gajah, mengantar gajah ke alamnya untuk cari makan sendiri, belajar training gajah, sorenya mandikan gajah lagi, pokoknya jadi tau lah kehidupan dan hubungan mahout-gajah itu seperti apa. tapi ini package loh ya, biaya nya sekitar 1 jutaan. kurang lebih. 
keempat, ada package memandikan Gajah, 50rb. Tracking, yaitu ikut mengendarai gajah keliling hutan selama setengah jam, 200rb. 
Kelima, ini lah yang paling murah dan menyenangkan. Piknik keluarga dan cukup melihat gajah aja hati udah senang. haha. melihat mereka mandi, makan, bercengkrama dengan mahoutnya, juga menikmati keindahan alamnya. Dan PLEASE, JAGA KEBERSIHAN! Kalau kita bawa sampah ya buang sampahnya di kotak sampah, toh kotak sampah disana tersedia dan sudah di kategorikan jadi sampah plastik, kertas, dan organik. Tunjukkan kepedulian kita dengan menjaga kebersihan.

daaaaaan.... Biasanya Gajah-gajah akan dilepas di alam pada pagi hari dan pulang sore hari, jadi kalau mau lihat gajah mandi ya pagi-pagi sekitar pukul 8-10 pagi. dan mandi sore pukul 3-5 sore. Gajah aja mandi dua kali sehari loh ya... kamu???? 

Dari persepsi ku, kegiatan-kegiatan seperti ini adalah perkara yang cukup dilematik. Seperti memberikan pelayanan ke pengunjung, atraksi, dan memberikan rantai di kaki gajah. Untuk para pecinta gajah dan satwa langka lainnya yang benar-benar "pleg" mungkin berfikir kenapa tidak lepaskan saja mereka hidup di alam liar, dengan ekosistem aslinya, mencari makan sendiri, mengurus diri mereka sendiri di alam liarnya, jangan merantainya apalagi menyuruh gajah memberikan atraksi dan ditunggangi berkeliling hutan seperti itu, apapun alasannya biarkanlah mereka hidup di alam liar.
Tapi menurutku, aku sedikit mengerti. Menurut penjelasan para mahout, beberapa mahout yang ku tanya mengatakan bahwa mereka juga kurang setuju dengan kegiatan seperti itu, tapi yah... mereka hanya pelaksana. Pemerintah mungkin mencanangkan kembali atraksi gajah untuk menarik pengunjung, mengidupkan Way Kambas, memperkenalkan way kambas kepada turis. Itu menurutku sih jika aku melihat sudut pandangku sebagai pemerintah. Tapi, I don't know.
Dan sebenarnya ada juga konservasi badak sumatera di Way kambas. Tapi, bukan untuk pengunjung! Badak adalah hewan langka yang super duper sensitif, gampang stres, dan populasinya dibawah 100 di dunia. Sangat miris ya. Jadi, mereka tidak bisa di ganggu.

28 Desember 2016. 
Hari pertama di Way Kambas. Matahari muncul begitu indahnya tepat dihadapan guest house. Aku dan Hazel tidak tau apa yang akan kami lakukan hari ini. sekedar melihat pemandangan padang rumput menghampar dan melihat gajah yang sedang bermain dengan belalainya saja sudah menarik bagi kami. Pagi itu, kami mengunjungi Erin, anak gajah yang belalainya terpotong karena perangkap atau kelindes gitu lupa. Setelah itu kami pun pergi mencari air mineral dan melihat-lihat mural yang digambar siswa SMP-SMA/SMK, dan Santri Pondok di lokasi atraksi gajah. 
Erin....


Erin malah mirip tapir karena belalainya pendek...

Lukisan mural nya keren-keren!

Flasback sedikit... Tiga tahun yang lalu Hazel ditugaskan untuk merawat gajah bernama Rendo bersama mahoutnya, Pak Munip. Hazel bilang kalau dia sangat merindukan Rendo dan Yeti. Rendo, gajah jantan berusia 23 tahun yang tumbuh dengan satu gading. dan Yeti, gajah betina berusia 3 tahun yang 3 tahun lalu terperangkap dan terluka pada kaki depannya dan ditinggal induknya, jadi dulu Yeti masih bayi banget yaaa. 

Pagi itu Hazel pun bertemu dengan teman mahoutnya, Pak Munip. Aku pun ikut menyapa Pak Munip. Pak Munip sangat ramah dan welcome terhadap kami. Oh ya, sekedar tau aja, mahout-mahout di Way Kambas semuanya juga ramah-ramah dan baik kok. Jadi kami sangat senang berada disekitar mereka. Pak Munip dengan senang hati mengajak kami ikut mengembala, "kalau mau, tapi pulangnya jalan kaki". why not? Siapa yang takut sama jalan kaki jauh turun naik gunung. Sudah biasa... dan Hazel? jangan ditanya. Mahout Munip heran kok ya Hazel ini kecil-kecil tapi kuat juga, jalan kesana kemari ngga ada lelahnya, haha. Begitulah, mungkin hatinya terlalu gembira untuk merasa lelah atau bilang lelah. Pak Munip mengembala dua gajah, yaitu Rendo dan Yando. Sebenarnya, Pak Munip ini mahout nya Yando, dan mahout nya Rendo adalah Pak Susanto,tpi Pak Susanto sedang berhalangan jadi Rendo dititip ke Pak Munip. Pak Munip bilang, selama Hazel berada disana, beliau bakal masuk tiap hari. Baiknyaaaaa Pak Munip.... kami pun ikut mengembala. "you have to be more relax when you ride an elephant" kata Hazel, jadi harus rileks dan ngikutin aja gerakan jalan nya gajah. wow, tinggi juga, kurang lebih 2 meter ketinggiannya. dan ini merupakan pengalaman kedua ku sejak 13 tahun yang lalu.
ini diaaa.... Rendo!

Hazel, aku, Pak Munip dan Mas Adi
Setelah mengantar Rendo dan Yando, kami kembali, mandi, dan mencari sarapan. Aku menawarkan Pecel sambil menjelaskan apa itu pecel ke Hazel, dan oke, kami pun pesan Pecel. wow... haha Hazel pun kepedasan (padahal pesennya biasa aja). Minggu-minggu ini adalah masa liburan, jadi ada banyak sekali pengunjung yang berdatangan. kami pun berkeliling-berkeliling sambil mencari buah kelapa, untuk Rendo, kata Hazel. Banyak juga pengunjung yang membawa berbagai macam makanan untuk para gajah seperti pisang, tebu, bengkoang, dan lain-lain. 

Gajah adalah hewan herbivora, jadi umumnya dia tinggal di padang sabana, hutan, dan rawa-rawa. Mereka cenderung berada di dekat air. Saat di lepas di alamnya, Gajah-gajah akan mencari makanan sendiri. Mereka makan berbagai macam rumput-rumputan. Selain itu mereka suka menutupi tubuh mereka dengan lumpur, air, atau rumput-rumputan untuk menjaga tubuh mereka dari sengatan sinar matahari dan gigitan lalat besar penghisap darah (aku ngga tau nama spesies lalat itu). ketika mereka makan rumput, mereka akan mengibas-ngibaskan makanan mereka terlebih dahulu untuk membersihkan dan memilih makanan yang cukup fresh. Selama perjalanan menuju hutan pun dia tak henti-hentinya makan, kalau ketemu air, sesekali dia minum dan menyemprotkan air ke tubuhnya. Burrrrrrrr.... Haha. Menarik sekali melihat tingkah laku gajah.

Pak Munip kembali menjemput Rendo dan Yando pukul 2 Siang. Benar-benar keahlian mahout bisa mencari keberadaan gajahnya di padang rumput dan hutan yang luas begitu. Tampaknya mereka juga mengenali bau dan keberadaan gajah mereka. Kalau aku, mungkin sudah tersesat atau bisa salah jemput gajah hahahaha. 
Setelah dijemput, Rendo dan Yando dimandikan di kolam mandi. gajah-gajah ini juga pandai menyelam dan berenang loh padahal dengan body begitu.... haha. Setelah Mandi mereka pulang ke kandang dan makan makanan yang telah di siapkan, daon kelapa. 
Rendo dan Yando

Pada gambar diatas, bisa kita lihat, kalau Rendo dan Yando digandeng dengan Rantai dan tali di lehernya. Hal ini karena watak dua gajah ini nurut tapi pada dasarnya petakilan, kalau ngga di gandeng bisa-bisa satu nya keluyuran lagi. Karena gajah-gajah pandai mengingat, makanya mereka bisa dididik. Para mahout mendidik mereka seperti mendidik anak sekolah. Gajah-gajah pun wataknya seperti siswa, ada yang gampang nangkep ada yang rada lama ngajarinnya, ada yang penurut ada juga yang bandel ngga mau dibilangin, ada yang semangat ada juga yang rada males-malesan. hahaha. Ketika gajah bertindak apatis dan tidak mau mendengarkan pawangnya, dan hal itu dibiarkan, maka mereka akan terus terusan bertindak seperti itu dan bisa-bisa kembali liar. Hal itu akan membuat pelatihan gajah selama bertahun-tahun menjadi sia-sia. kira-kira mungkin ada jawaban dari pembahasan diatas, kenapa dirantai? kenapa perlu dilatih? kenapa tidak dibiarkan saja di alam? Aku setuju dengan hal itu, membiarkan mereka hidup di alam nya akan lebih baik bagi mereka, tapi ku rasa, ada nya gajah-gajah terlatih pun diperlukan. Way Kambas memiliki area yang luas, di dalam nya terdapat gajah-gajah terlatih maupun yang masih liar. Dengan adanya gajah terlatih, membantu para mahout untuk mendekati gajah liar, gajah menjadi lebih bersahabat dengan manusia (tidak terlalu agresif) dan mencegah mereka masuk ke area penduduk. tapi, overall, aku penasaran, apa yang dirasakan oleh gajah-gajah itu? apa yang lebih mereka suka? di alam liar atau dilatih dengan mahout? Hmmm...... Waallahualaam....



Gajah-gajah ini pulang ke kandang dan kandang nya super luas. "kandang" disini cuma sekedar tempat para gajah pulang, makan, minum, dan berkumpul sama koloni. seperti ini kandangnya....

Musim hujan, banyak magic mushroom tumbuh diatas poop gajah. eits! jangan sekali-kali di ambil atau dikonsumsi ya!

Well, fyi, kalau gajah jantan, saat mereka beranjak dewasa (pubertas) dia akan cenderung hidup soliter, menyendiri dan terpisah dari keluarganya dan berkumpul dengan jantan lainnya. gajah jantan biasanya akan berinteraksi lagi dengan kelompok keluarga ketika ada peningkatan hormon testosteron, alias ada hasrat ingin bereproduksi. Sementara Gajah betina cenderung hidup dalam kelompok keluarga, yang terdiri dari satu betina dengan anak-anaknya atau beberapa betina yang berhubungan dengan anak-anak mereka. Masa menyusui gajah selama 3 tahun atau lbh tua, masa kehamilan gajah adalah 18 bulan sampai 2 tahun, dan angka harapan hidup gajah adalah sama dengan manusia yaitu sekitar 70 tahun. Bisa dimaklumi ya kenapa gajah jadi hewan langka. belum lagi maraknya pemburuan liar, peracunan dan pembantaian gajah hanya untuk mengambil gading nya. astaghfirullah... 

Kepada hewan apapun sebaiknya kita tetap menjaga sikap kita. kita di beri akal sama Allah, sedangkan mereka? mereka bertindak karena insting mereka. Contohnya gajah, mereka tau cara membalas perlakuan manusia, ketika kita memperlakukan mereka dengan buruk, mereka akan mengingatnya dan take a revenge! mereka tau bagaimana cara membalasnya. tapi ya mereka hanya diberi naluri dan insting, ngga tau mana yang baik dan buruk, tapi mereka punya memori... yang cukup kuat. Gajah juga memiliki kecerdasan seperti primata dan lumba-lumba. 

29 Desember 2016
Day-2. dibuat gallery aja ya...


pemandangan pagi, melihat Arni dan Indra bercengkrama (namanya sama kayak aku wkwk), mereka sahabatan kok, bukan ada apa apanya. hahaha. Mereka memang beekomunikasi melalui belalainya.
Hazel as Thumbelina.

Morning view, rawa-rawa.

Mahout Hazel and Rendo. Mr.Munip said that She could be a mahout too, in this rate. haha. I think, it's because Hazel is so friendly with elephant and know how to work as a mahout.

Selain potografer handal, Pak munip juga bisa jadi fotomodel loh pak... hehe

ayo kita ngitemin diri.... matahari nya lumayan loh.

ini dia... peristiwa paling epic selama disini. detik-detik menuju salah pijakan dan 'njegur' ke sungai. aku salah mengira di bawah rerumputan yang mau aku pijak ada semennya, dan ternyata, byurrr.... itu hanyalah rerumputan yang mengapung. alhasil kaki kananku nyemplung sampe pinggang. airnya lumayan dalem. Pak munip spontan menyelamatkan HP ku. Bahkan aku lupa kalau aku sedang ngantongin hape di saku celana kanan. aduduh. yang terpikir olehku ya menyelamatkan diriku sendiri dulu. haha, untung Pak munip gerak cepat. butuh seharian untuk memulihkan kembali kondisi hape. fyuhh,,, tapi alhamdulillah sekarang tak kenapa kau Lenovooo....

kondisi kamar yang super messy. haha. Itu Hazel lagi sibuk nungguin balesan temannya. dia mau ngucapin Happy Wedding di kardus bersama Rendo buat acara nikahan temennya tgl 30, karena Ia ngga bisa datang. oh ya, ini foto sebelum hape ku basah.

Souvenir way kambas harga 5000 an. Terbuat dari bahan karung goni. hmmm... creative!

Henna art by request. Lihatlah perbandingan warna kulitku dan Hazel. hahahaha

Mandi... mandi....

Ini dia... Yeti yang sedang nyolong makanannya Erin! hahaha. Yeti sekarang sudah sembuh dan pintar atraksi. Mahout Henry sudah seperti ibu nya Yeti, mengurusi Yeti dari masa sulitnya sampai sehat begini. Yeti adalah gajah yang lumayan ngga terlalu agresif dan penurut. Mungkin... karena sejak bayi dia sudah bergantung dengan manusia.

30 Desember 2016
Hari ini Hazel punya misi foto untuk ucapan Happy Wedding ke temennya, trus aku ikut-ikutan juga kasih ucapan ke unipini. haha. Kemarin sore ada yang kena zonk juga selain aku. Saat kami menjemput Rendo dan Yando ke hutan, kami berjalan menginjaki lumpur dan, ouch, kaki kami stuck di dalam lumpur. Lumayan lama untuk mengeluarkan kaki kami dan yeay! I'm okay. tetapi Hazel sendal gunungnya pun terlepas dan bagian alasnya terbuka. toweww... dengan segenap kreatifitas kami berhasil menyatukan kembali alas sendalnya dan sandal itu tetap di pakainya sampai Ia kembali ke Hongkong.

Beginilah penampakan sendalnya....


Yeti dan Pak Munip berbagi biskuit.
dipilih... dipilih....



Photografer Hazel

Model: Hazel, Potografer: Riska.
Photografer: Pak Munip

Photografer: Riska.

we-fie~
Leo(gajah usia 24 tahun) dan George(Gajah usia 10 tahun). Mahout yang dibelakangku adalah mahoutnya George namanya Jony Saputra. dan  Pak Diki adalah mahoutnya Leo.

Ngga ngerti gimana ngeditnya. jadi terbalik gini... ckckck

Dita dan Kartijah. yang ditengah itu anaknya Dita, masih berusia 3 bulan. Dan yang paling kanan adalah gajah tertua di Way Kambas yang berusia 35 tahun bernama Kartijah. Ibu ber anak 3, tapi anaknya nomor dua sudah meninggal. Si ucil tengah ini sering sekali menyusu dan Kartijah adalah ibu susu nya.
Kalau tidak salah, namanya adalah... Mega. Rambut-rambutnya blonde.



Playing Together~.
Si ucil yang baru 3 bulan ini masih petakilan karena belum di training. Jadi bawaannya ingin main dengan siapa saja. Tapi walaupun dia masih bayi, lumayan juga kalau di seruduk bayi gajah. Berat bayi gajah yang baru lahir kurang lebih bisa 120Kg an apalagi gajah yang sudah berumur. Hazel sudah survey sendiri ternyata diinjak kaki gajah mungil begini lumayan sakit juga, aku melihat ke arah kakinya, red colour~ hahaha
Akhirnya kesampaian juga melihat bayi dan anak anak gajah. anak-anak Gajah posisi kandangnya terpisah di seberang kolam mandi. Jadi lumayan jauh dari para pengunjung. Jangan sekali-kali kita mencoba mendekati gajah tanpa pengawasan petugas ya... Jangan! Bagaimanapun gajah tetaplah hewan. Kita ngga tau apa yang mau dia lakukan.


31 Desember 2016

Packing packing packing... Waktunya pulang... Hari ini Hazel berhasil bertemu dengan teman Mahoutnya yang lain, Pak Sulis. Pak Sulis bekerja di Elephant Rescue Unit (kalau ngga salah namanya) dan dia disibukkan dengan kasus anak gajah yang terperangkap akhir-akhir ini.Oh ya, pagi ini juga kami berjalan-jalan melihat hutan dan Rumah Sakit Gajah (RSG) yang baru-baru ini di launching.

Kami pulang pukul 11 siang. Hazel sudah memesan kamar hotel di Hotel Bandara Syariah di Natar. sebelum kembali ke Bandarlampung, Pak munip dan keluarga mengajak kami makan siang di rumahnya. Terimakasih Pak Munip dan Ibu.... well, finally, we're back!


Penutup....
Pelangi Setelah Hujan di hari pertama.

Perbandingan telapak Kaki Gajah dan Kaki ku.

Please... Save their existance. be aware.

Sunset.

Office.
The differences. Gajah asia lebih kecil ukurannya.

Thank you Hazel for this nice trip. Thank you teman-teman mahout ku yang baru. Thank you Readers yang sudah mau nge-read. well done.

Baiklah. Itulah diary ku selama di Way Kambas. Kenyataan yang ada ya seperti itu. Tetapi tahukan readers bahwa sebaiknya kita ngga jadi customer untuk menunggangi gajah? Why?😨😨 

Beberapa tahun ini di thailand banyak kejadian gajah mati karena kelelahan dan kelaparan. Mungkin bagi sebagian kita bilang bahwa "aku suka gajah makanya aku mau naik gajah", dan mengatakan bahwa menaiki gajah tidak akan terlalu menyakiti mereka. Tetapi, kenyataannya adalah... Membuat mereka menurut akan perintah tanpa bisa menolak itu adalah bentuk menyakiti juga. wow. Aku pun baru tau hingga detik ini. Well done or wrong done? I don't have any idea. 
Tapi, Percayalah bahwa satu-satunya cara kita menunjukkan cinta kita adalah membiarkannya hidup dengan habitatnya.

Wassalamualaikum....




Sabtu, 04 Juni 2016

My Trip My SIRKESNAS


Assalamualaikum… hai hai! Apakabar readers, semoga kalian semua dalam kondisi yang sehat dan bugar. Aaamin. Well, kali ini saya bakal menulis kembali sebuah cerita yak, setelah sekian lama malas untuk menulis apapun selain yah… masalah hati dan perasaan. Haha stop stop it’s berlebihan. Ngga segitunya juga sih. Hanya saja, selama kuliah tingkat III aktivitas memadat begitu juga hati dan pikiran, semua yang dipikirkan adalah gimana caranya supaya dapat lulus cepat, tugas kelar, nilai bagus dan imej yg baik, setelah itu dapat pekerjaan yang sesuai hati.



Alhamdulillah itu semua sudah terlewati. Sudah satu tahun enam bulan sejak kelulusan saya dan kegiatan saya sehari-hari adalah menjadi tenaga sukarela di Puskesmas. Pekerjaan ini insyaAllah sesuai kata hati karena sejak kuliah saya memang udah membayangkan kalau nanti maunya terjun langsung ke masyarakat sebagai bidan di komunitas. 

Kenapa ngga kerja di RS aja? Beberapa teman pernah nanyain ini. Selain memang saya ngga nulis lamaran kerja di RS (ehm, sejujurnya pernah sih cuma tidak tersampaikan aja karena telat salah liat tanggal penutupan lowongan aaakk, hahaha gagal daftar dah), ada beberapa hal yang membuat saya enggan juga sih sebenarnya karena……  bla bla bla haha, tapi yah intinya ini hati lebih nyamannya ke komunitas. Wes. 

Mulang tiyuh, membangun kampung sendiri. Deket sama Ibu dan Bapak juga. Setahun enam bulan saya pun membantu kegiatan apa yang ada di Puskesmas meskipun mungkin dedikasi saya kurang ya, hal ini karena semangat yang menurun juga saya rasa. Tak semangat puuun, lelah dan kurang piknik juga kali yah haha. Begitulah.

Oh ya, saya juga sempat jualan bros bando atau aksesori lainnya gitu kok cuma ya karena hanya dikerjain sendiri ya ngga berkembang gitu bisnis nya, salah satu kekurangan saya nih ini kurang bisa memanajemen. Ngga ada gebrakan seperti memperkerjakan orang lain gitu untuk meningkatkan produksi atau memperluas pasar. Apalagi untuk mengembangkannya lebih lanjut. Well, just stuck like that. Jenuh melanda puuuun (haduh ketularan kak udoh dora *plak).

Bekerjalah, dan cintai pekerjaanmu. Bapak Ibu pasti lebih lama merasakan lika liku nya sebuah pekerjaan dan penghidupan, tapi mereka bisa survive sampai hari ini, bahkan bisa menyekolahkan anak-anaknya. Allah pasti kasih jalan di setiap kesulitan. “fainnama’al usriyusroo. Innama’al usriyusroo”. “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Bersama kesulitan itu ada kemudahan” (As-Sharh:5-6). Ber-sa-ma. Jadi sebenarnya celah itu disediakan oleh Allah. semoga kita (iya kita: writer and readers) senantiasa bisa melihat kesempatan dan celah kemudahan yang diberikan oleh Allah dengan mata hati kita yang terbuka. Aamin.

Oke. Itu salah satu motivasi saya. Orang tua. Doa mereka, perjuangan mereka… yang paling menginspirasi. Motivasi kedua yang membuat saya bisa, HARUS bertahan, dan HARUS maju adalah saya sendiri (mood atau ngga ni harus euy) Yap. Niat dan kemuan adalah motor penggerak bagi diri kita sendiri. Semasa SMA saya punya cita-cita “To be a professional midwife and a professional housewife”. Saat itu saya menjabarkan kata professional yang saya maksud itu gimana sih? Apa aja kriteria yang harus saya penuhi untuk menjadi profesional dan dalam jangka waktu berapa tahun kah saya bisa mencapai itu. Kenyataannya, insyaAllah sekarang sedang bersproses. 

Selain itu saya juga banyak ngomong sama diri sendiri (semoga orang lain yg ngga sengaja liat saya keceplosan berceloteh sendiri ngga ngganggep saya punya kelainan. Aamin). Sejujurnya itu salah satu cara saya menyadarkan diri sendiri untuk kembali ke titik rasional seorang Riska. tapi kadang-kadang saya suka agak-agak juga sih ahahaha *ups. Astaghfirullahaladziim. 

Motivasi selanjutnya, saya punya temen-temen yang care, nyenengin hati, seru, kadang ngangenin (Eaaa kadang), dan senasib sepenanggungan. Jadi saya ngga merasa kalau saya sendiri. Tapi tapi tapi, first of all, minta tolong sama Allah untuk kelancaran apapun yang kita jalankan. Kalau kata mba Afril dan mba Tina (tutor kita), setiap ada kesulitan harusnya kita lari ke Allah dulu, kita minta ke Allah dulu, kita ngadu ke Allah dulu. Karena Allah yang ngatur semuanya, Allah yang punya planning terbaik untuk hidup kita. Keep tawakal. Dan semoga saya ngga lupa dengan itu semua. Oh ya ada lagi nih kalimat yang saya pernah baca dan saya inget. “kalau kita masih galau, itu berarti kita masih kurang dekat dengan Allah”. yah kurang lebih gitu lah maksud dari kalimat itu. Intinya, ketika hati kita terikat dengan Allah, kehampaan dan kegalauan itu ngga bakal ada karena ngga ada ruang di hati kita selain mengingat Allah. oke. Ini hanya share aja ya. move on yuk move on!!! *sok tegaaar*

Emmm… muqodimah nya agak kepanjangan ya. Haha. Baiklah sebenarnya saya mau cerita perihal kegiatan saya yang lalu. 

Saya mulai dengan pada akhir bulan februari (kalau ngga salah sih 27 februari. Semoga bener ya Allah). Saya dapat sebuah pengumuman lowongan pekerjaan sebagai enumerator. What’s that? Asing sekali ditelinga ini. Saya langsung nanya itu apa ke pengirim poto selebaran itu, yaitu Bu Heni (KaPKM Banjit, sekarang lagi sakit, semoga beliau lekas sembuh). Dan akhirnya saya browsing

Jadi intinya enumerator itu adalah petugas pencacah yang membantu tim surveyor dalam mengumpulkan data. Yah secara kasar saya dapat gambaran apa yang di maksud. Saya pun browsing lebih lanjut dan membaca cerita-cerita di berbagai blog mengenai enumerator. Hmmm, interesting! Saat itu lowongannya adalah Enumerator SIRKESNAS(Survei Indikator Kesehatan Nasional) 15 hari dan Survei PTM(Penyakit Tidak Menular) 22 hari. 

Kalau lihat jadwal kegiatannya yang 15 hari(Langsung tertarik ke SIRKESNAS) kayaknya bukan masalah besar deh, mungkin saya bisa izin di Puskesmas untuk 2 minggu. Rekrutmen enumerator SIRKESNAS adalah lulusan Gizi, kesling, kesmas, farmasi, analis kesehatan, bidan dan perawat. Sementara enumerator Survei PTM adalah hanya dari perawat dan bidan.

Bapak mendukung (yap. semua kegiatan selalu minta pendapat Bapak, haha anak papi). Dengan pertimbangan waktu yang lebih sedikit kayaknya bagus juga daftar-daftar aja. Trying. Daftar sebagai enumerator SIRKESNAS aja deh, meskipun kuota nya hanya 6 orang tapi kalau jodoh bakal ketemu kok (eits) maksudnya, kalau memang udah jalannya mah bakal keterima, tapi kalau memang ngga keterima berarti ada hal yang lebih baik selain itu. Pasrah. 

Dan… ups, penerimaannya hanya sampai tanggal 29 februari(hari senin, udah liat tanggalan kok), udah deh ngebut ngebut dah nulis lamarannya. Hari itu juga berangkat ke kantor pos, niatnya mau dikirim kilat. Tapi kok ya udah jam 2 siang di hari sabtu nan terik itu kantor pos tutuuuup. Oh nooo~ apakah kami tidak jodoh? (maksudnya kantor pos dan akyuu) aha! Untung ada kak Devi (tinggal di BandarLampung) yg sedang piket di UGD dan minggu balik ke bdl. Tilpuuuun. Dan akhirnya berkasnya dititip ke kak Devi untuk diteruskan oleh adikku ke Poltekkes(alamat penerimaan berkasnya ke Dirut Poltekkes). Bismillah.

Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 4 April 2016. Tring! Terdengar notif email masuk di ponselku. Pengumuman Enumerator SIRKESNAS. Belum sempat baca apa isi pengumumannya, ada telfon masuk dari Bandar Lampung. Ya, katanya saya keterima sebagai enumerator SIRKESNAS dan kudu mempersiapkan diri untuk tahap wawancara besok tanggal 5 April. Besyok????? Agak syok juga yah kayaknya ngga punya waktu deh apa ikhlasin ajaaaa...

Eits tapi ada keterangan pukul 13.00 WIB yang berarti siang. Wah, berarti saya bisa berangkat dari Banjit pagi nya dan sampai tepat waktu di Bdl sebelum jam 1 siang. Telpon Bapak lagi dan fix besok berangkat. Sebelum berangkat izin juga ke kepala Puskesmas nih. Selain itu juga saya izin dan koordinasi dengan kepala UGD. Ke kepala kampung, ibu kakam, dan kader pun izin untuk kegiatan ini. Kerjaan yang belum kelar juga langsung di kerjakan cepat di bulan April. Yah, ngga full bulan Mei ngga masuk juga sih. Kegiatan ini kan mulai nya tanggal 9 Mei. Jadi saya masih ada waktu untuk masuk PKM sebelum itu. Ini pengalaman baru dan kesempatan yang ngga tau bisa didapat lagi atau tidak, jadi saya mengusahakan banget dan semoga Allah juga meridhoi. Niatnya pure karena mau punya pengalaman baru dan membunuh kejenuhan yang memuncak ini. That’s it.

Bayangan saya mengenai kegiatan yang bakal dilakukan sebagai enumerator ini adalah pendataan seperti yang saya lakukan bersama teman-teman bidan saat PKMD waktu kuliah dulu. Ooo… It’s look so hard. Haha. Kebayang betapa lelahnya door to door mendata segala aspek mulai dari kesga, phbs, kesling, dll di semua rumah tangga di sebuah desa belum lagi waktu itu data kami tabulasi dengan program Ms.excel dan kudu mengadakan penyuluhan dan MMD juga, semuanya dalam waktu 22 hari. 

Tapi ya… ternyata untuk pengambilan data SIRKESNAS ini hanya diambil sampel nya aja. Alhamdulillah. Namanya juga baru tau. Detilnya, dari 48 orang enumerator yang di rekrut Dinkes Provinsi, kami bakal di bagi lagi menjadi 12 tim di 12 kecamatan (disebar di 8 kabupaten terpilih yaitu way kanan, bandarlampung, pesawaran, lampung tengah, lampung timur, pringsewu, lampung selatan, lampung utara). Jadi, satu tim akan diisi dengan 4 orang dari 4 prodi yang berbeda. Dalam hati saya bertanya-tanya siapakah yang akan menjadi teman satu tim saya? (sambil harap-harap cemas)

Dalam survei ini juga saya baru kenal istilah BS (Blok Sensus) yaitu wilayah sensus yang akan diambil datanya seperti sebuah Desa dan Dusun. Jadi, dalam 1 BS akan ada 25 RUTA (Rumah Tangga) yang akan di ambil datanya. Dan 1 Tim Enumerator akan mencacah 3 BS dengan jangka waktu penyelesaian 1 BS untuk 5 hari puldat (pengumpulan data). Wow, we need a strategy here. Mendengar info seperti ini, darahku langsung mendidih. Ahaha bisa gitu ya. Yah, kita bisa sebut itu juga dengan istilah “menjadi semangat lagi”. Ehm *senyum-senyum*


PELATIHAN ENUMERATOR

Finally, tanggal 9 Mei pun datang dan dengan berbagai persiapan, workshop enumerator SIRKESNAS 2016 pun dimulai. Oh ya SIRKESNAS pertama kali diadakan di tahun 2016 ini. Tujuannya(secara singkat) adalah untuk mendapatkan informasi terkini tentang pencapaian indikator pembangunan kesehatan dalam Renstra Kemkes dan RPJM 2015-2019 serta melihat adanya kesenjangan antar indikator sehingga nanti memungkinkan pemerintah merancang intervensi dengan peran yang lebih spesifik. Data yang dikumpulkan melalui SIRKESNAS ini juga mungkin bisa menjadi bahan evaluasi terhadap pencapaian program meskipun tidak mewakili seluruh kawasan di Indonesia karena yang diambil hanya sampelnya saja. Sebagai enumerator juga saya kurang mengerti masalah bagaimana cara mengambil sampel nya. Hehe.

Well, sesuai perjanjian dan jadwal yang dikirim via email, kegiatan workshop ini akan dimulai pukul 13.00 WIB. Tetapi ternyata ruang menginapnya baru akan siap ba’da ashar. Waiting-waiting at the lobby gitu lah kami beramai-ramai dan masih belum pada kenal satu sama lain meskipun banyak juga diantara mereka yang sudah pada kenal karena mereka satu alumni. Sekitar jam 3 siang kami pun mulai dikumpulkan di salah satu meeting room di hotel tersebut. Ruangan yang lumayan luas dan shyuuper dingin. Kalau begini setiap hari bakalan hyperactive bladder terus  nih huuuft *sigh*. Tapi kayaknya diriku tak syendiriiiii lalalala~ (yg lain pada bolak balik toile juga ternyata haha)

Oh ya, saya jg mau memperkenalkan teman sekamar saya waktu itu adalah Rini Marzella dan Puji Lestari (bidan semua). Sebenarnya harusnya sekamar berdua cuma ya karena saya ngga dapat teman kamar ya apaboleh buat. Tetapi saya lebih senang jg karena semakin rame semakin seru haha (jiwa anak asrama, semoga mereka berdua pun merasakan hal yang sama #eaaaa). Tapi ada sedikit problem karena kami bertiga (soalnya harusnya kan berdua jdi kalau 3 orang bakal kena charge katanya), tapi pada akhirnya semua ngga jadi masalah kok. Rini akan jadi enumerator di Lampung Timur, yeay, satu tim dengan saya. Sedangkan Puji dapat di way kanan (katanya dia berharap ngga mau dapat way kanan, makanya.... Itulah namanya jodoh ji, ngga kemana wkwkwk) dan Way Kanan adlh kampung halamanku. Yah, tp sudah tak bisa dituker2 sepertinya dan lagipula mungkin kita bisa cari pengalaman yang lebih baru ketika kita ada di negeri orang (duh bahasanyaaaa). Sukses ya girls!




Oke, lanjut. Pertemuan pertama workshop enumerator ini saya agak lupa juga ngapain aja haha. Emm… Tapi seperti biasa lah di setiap pertemuan pasti ada perkenalan. Kalau tidak salah saat itu perkenalan, dinamika kelompok dan pre-test. Kami berusaha kenal satu dengan yang lainnya dan kelompoknya sudah dibagi euy. Saya dan tim akan bekerja di kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Jabung. Hmmm… Jabung? Langsung search deh dan melihat artikel-artikel berita yang ada, feeling nya jadi agak-agak ngga enak gitu. Tapi yah, itu kan artikel. Kondisi asli tempat yang jadi blok sensus kami ini saya belum tau seperti apa. *positive thinking*

Saat itu saya baru kenal teman-teman sesama bidan saja. Jadi saat nama kami semua di absen, saya harus cari tahu bagaimana wajah tim saya. Tapi sayangnya, saya duduk di barisan paling depan, jadi ketika mereka mengangkat tangan, saya tidak lihat bagaimana siapa saja kah mereka. Oh no! gimana lah. Untungnya, di sebelah kiri barisan depan ada satu orang teman tim yang tertangkap pandangan. Yes! I got youuu... 

Pertemuan berikutnya ba’da magrib, kami duduk per tim. Kenalan dulu dong dengan sesama anggota tim. Duduk di sisi kiri saya saat itu adalah Dwi Ratri Lutfita (seorang apoteker), di sisi kanan ada Dyah Ayu Larassati (Kesling), dan ups, di kanan Dyah pasti namanya M. Rifki Fahrian (nutrisionis, tau setelah cek nama anggota) dan dia sedang sibuk menuliskan nomor KTP nya tanpa sadar kalau ada orang yang mau kenalan disebelah kirinya. Ehm, Krik krik krik… ah sudahlah. Tapi pada akhirnya kami kenalan semua kok, yeay! Tanya Tanya ini itu, lulusan apa, tahun berapa, kelahiran tahun berapa, asli orang mana, single atau ngga, suku apa, dan bertukar nomor handphone dan pin BB. Pedekate gitu. Haha. Berkenalan secara umum.



Tanggal 10 Mei – 12 Mei 2016 agenda kami adalah materi mengenai indikator yang akan di survei dan memahami isi kuesioner Puskesmas dan rumah tangga. Enumerator akan mengambil data di Puskesmas, rumah tangga, dan individu. Sementara Penanggung Jawab Teknis Kabupaten (PJT Kab) akan melakukan pengambilan data di Dinas Kesehatan Kabupaten. 

Setiap tim yang ditugaskan per kecamatan ini akan jadi tanggung jawab PJT Kab. Di setiap kabupaten itu sendiri akan ada Penanggung Jawab Operasional (PJO) dan Penanggung Jawab Alat dan Logistik(PJAL). PJT kab kami adalah Pak Ahmad Faridi, PJO pak Saiful, dan PJAL kami adalah Bu Leli. PJT provinsi kami adalah pak Sihadi, tim peneliti. hehe. Di Lampung Timur ini pun kami tidak sendiri, ada teman tim lainnya yaitu Tim Kecamatan Sukadana terdiri dari kak Aditio Baskoro(katim), Mba Nur Karsiyah Ningsih, Rini Marzella, dan Okta Ferdiansyah (selain Rini, saya baru kenal mereka di akhir pelatihan hehehe).

Selama proses belajar, kami diberikan modul dan setiap pagi harus review materi. Kuesionernya lumayan banyak dan detail. Terdapat sekitar 39(atau 36 ya? Lupa) indikator kesehatan termasuk KIA, Gizi, Imunisasi, kesling, dll.

Meskipun terus-terusan dijejelin materi, perasaan saya saat itu adalah bersemangat dan senang. Why? Saya merasa sudah lumayan lama ngga duduk disebuah kelas dengan teman-teman untuk belajar bersama. Excited banget rasanya saat itu. Selain bisa belajar lagi, saya juga bertemu dengan orang-orang baru, lingkungan baru, melangkah dengan tujuan yang sama. Mengingatkan saya pada emosi masa sekolah. Haha. Disamping itu saya bisa hidup hemat disana, Alhamdulillah.

Hari Jumat, 13 Mei 2016, kami pun berangkat untuk praktik pengambilan data di lapangan. Saya dengan anggota tim lain berangkat ke Puskesmas, dan teman satu tim saya yang lainnya berangkat utuk pengambilan data ke rumah tangga. Saya dan tim puskesmas berangkat ke Puskesmas Satelit di Pahoman, Bandarlampung. Pengambilan datanya lumayan ribet karena semua informasi harus berdasarkan telaah dokumen tapi karena Bapak/Ibu petugas pemegang programnya bekerja sama dengan baik akhirnya kegiatan puldat pun selesai sebelum solat Jumat. 

Well, enumerator yang ke rumah tangga selesai jauh lebih cepat dan mereka sudah sampai duluan. Saya hanya berharap semoga kami nanti bisa bekerjasama dengan baik ketika benar-benar terjun di lapangan.

Kegiatan di jumat sore dan hari sabtu kami lumayan free, pembahasannya seputar manajemen data (how to entry your data) dan hal-hal teknis lainnya seperti strategi masing-masing kelompok saat puldat nanti dan masalah pembiayaan transport dll. Seperti itu lah. 
                             

Sabtu nya karokean berjamaah. Hahaha. Bu Asih mewajibkan kami nyanyi atau joget supaya dikasih duit TC. Jadi ya beberapa orang nyanyi dengan percaya diri dan sebagian yg lain betah-betahan untuk ngga nyanyi (termasuk aku juga sih agak isin, maunya kalau semua org tu udah bubar baru deh berani wkwkwk). Tapi ya karena memang udh keburu sore, mau ngga mau maju dah kita kita para cewe-cewe anggun nan pemalu untuk nyanyi gaya orang lagi lomba kur di depan kelas. Jiaaah. Sing penting maju ya ngga guys!

Oh ya, sejak awal pembagian kelompok, kec. Jabung ternyata belum dipastikan bakal di pakai sebagai blok sensus atau tidak. Katanya ditakutkan proses pengambilan datanya tidak kondusif karena lokasi dan lingkungan kurang aman. Jadi, selama pelatihan, hati kami sebagai Tim Jabung agak dilema dan galau gitu. Menurut PJT kami, solusi yang ada adalah: Jabung tetap akan jd wilayah sensus, kami akan dipecah dan dimasukkan ke tim lain, atau lokasi sensus akan dipindah ke kecamatan lain. 

Saya berharap di pilihan ke tiga karena pilihan pertama sepertinya tidak memungkinkan, pilihan kedua membuat hati saya kurang sreg (aku tak mau berpisah dari kaliaaan tim), jadi pilihan ketiga adalah yang terbaik menurut saya. Dan keputusan akan datang dari Pusat.

Ta-da! Hari jumat itu juga informasi masuk. Tim kami akan dialihkan ke kec. Sekampung Udik, Lampung Timur. Tapi hal lain yang harus kami lakukan adalah melakukan pemutakhiran data. Jadi, daftar rumah tangga di tiap blok sensus harus kami update dan di pilih secara random(dengan rumus) untuk dimasukkan ke daftar survei rumah tangga. Sebagai gantinya, kami tidak diwajibkan untuk entri data. Ringan? No. Kurang dari 400 rumah tangga harus kami cek satu persatu di daerah sensus yang belum kami kenal? It’s hard. Jadi kami bekerja sama dengan tim BPS untuk pemutakhiran data sebelum kami terjun ke lapangan.



MULAI PULDAT

Hari minggu pulang ke rumah masing-masing, nyuciin tuh baju-baju yang udh habis pas di pake TC(pelatihan), temu kangen juga sama keluarga di rumah dan minta doa restu sama ortu. Mba Ningsih, Okta, Rifki dan saya janjian untuk ketemuan di bunderan dan nantinya akan jemput pak Faridi di Bandara. Tapi Rifki kena musibah pecah ban, jadi kami jemput Rifki juga supaya ngga tambah telat. Sementara Kak Adit, Rini, dan Mba Lutfi sudah janjian di Metro. Dyah bakal bergabung di Sukadana.

Kami berangkat menuju Lampung Timur tanggal 18 Mei 2016 pukul 08.45 WIB. Kami datang ke Dinkes dan kemudian ke Puskesmas Sukadana. Yap, hal pertama adalah memperkenalkan diri sebagai tim SIRKESNAS yang akan melakukan pengambilan data di wilayah Kerja Sukadana dan Sekampung Udik.

Singkat cerita, puldat dimulaiiiii…. Jeng jeng jeng. Di hari itu juga Tim Sukadana berhasil mengumpulkan data sebanyak 5 RUTA. Wow semangat sekali merekaaaa. Dan kami??? Toeng toeng. Belum melakukan gerakan apapun karena proses pemutakhiran data belum selesai. Hari pertama kami kurang semangat. Leye leye tak karuan jadi galawers berjamaah. fyuhhh

Hari kedua kami akan mengambil data ke Puskesmas dan sorenya Alhamdulillah pemutakhiran selesai, kami pun mendapatkan daftar 25 RUTA di BS 1 ini (Desa Sidorejo). Tim kami jadi semangat lagi. Yeay! Besoknya, Rifki dan Mba Lutfi langsung cao ke Dusun 8 untuk pengambilan data di Rumah Tangga dengan membawa peralatan dan atribut enumerator lengkap. Tempur gan temur! Sementara Dyah dan saya(Riska) harus kembali ke Puskesmas untuk menyelesaikan hutang, eh puldat maksudnya, yang belum kelar. 




Siang nya kami pun sudah bisa mengumpulkan data RUTA bersama-sama. Bersatuuuu!!! Hari itu juga PJT kami datang dan memberi kabar bahwa beliau membawa update entri Puskesmas dan RUTA. What??? Ini serius kami bakalan ngentri? Katanya enggak? Yah tapi apa boleh buat, ini perintah pusat karena entri data memang tugas enumerator. 

Dan ssstttt… sejujurnya juga saya agak merasa kehilangan ketika dikasih tau bahwa ternyata kami ngga ngentri. Haha sooook. Tapi beneran, karena ekspektasi saya sebagai enumerator saya bakalan puldat dan entri. Ketika bagian itu hilang saya agak berasa gimana gitu. Ada yang sependapat? Hahaha kayaknya ngga ada deh aaaaaak kabuuuurrrrr…

Di Dusun VIII Desa Sidorejo, mayoritas 99% masyarakat bersuku bali. Dengan diantar pak Kadus, pak Made, kami mulai pendataan dari RT yang paling jauh. Hari pertama puldat kami baru berhasil mengumpulkan data 10 RUTA. Selain wawancara, ada pengukuran juga yang kami lakukan seperti timbang BB, TB, LILA, LP, Tensi, dan Hb Bagi bumil. Jadi ya lumayan suwi puldatnya.

Kendaraan yang kami gunakan adalah dua motor dan kami membagi tim kami menjadi dua supaya pengambilan data menjadi lebih cepat.  Seperti desa Bali pada umumnya, ada banyak guguk di dusun tersebut. Beberapa dari kami rada ngeri juga kan. Apalagi Mba lutfi dan Rifki yang duluan puldat, bahkan mereka ngga sempet lepas sepatu masuk ke rumah responden dan saling mepet-mepetan saking takutnya sama para geng guguk. Yah padahal kan guguknya cuma mau berteman, iya ngga tem? Wkwk. Dyah juga sama saja, hampir saja motor yang saya bawa lompat gara-gara Dyah yang kaget lihat guguk di dekatnya dan ngagetin saya yang bawa motor. Dyaaah dyaaah. Tapi untungnya para geng guguk tersebut nurut dengan tuan rumahnya, ngga ada insiden apapun kok. Haha. Emmm, saya sempat juga lho melototin mereka wroarrr guk guk guk. #eh 





Next, puldat di Desa Sidorejo memakan waktu sampai 5 hari. Dan di hari terakhir malah ada kendala dalam hal transportasi dan tempat tinggal. Kami tidak bisa menghubungi kepala Desa Gunung Agung, desa Blok Sensus berikutnya. Kami pun menghubungi bidan Desa Gunung Agung dan Alhamdulillah bu Bidannya dapat mencarikan kami tempat tinggal (PJ kami juga bantu mengkoordinasi, bu Leli, yihiii). 

Tapi kalau pindah BS berikutnya bakal terkendala gini lagi kan ngga asik jadinya. Katim kami, Rifki, mengajak kami untuk meminjam mobil Mba Lutfi saja di Metro supaya ngga paleng sama transportasi dan ngga perlu sewa motor. Tentu saja itu ide yang bagus! Akhirnya tanggal 23 Mei ini kami fokuskan untuk mengambil kendaraan di Metro. Bolak balik ngga papa dah, asal pak sopir tak lelah puuuun. Haha.

Kami sampai lagi di Desa Gunung Agung saat menjelang magrib. Jadi hari ini kami gunakan untuk melapor ke kepala Desa bahwa tim SIRKESNAS sudah dataaaang. Yeay! Alhamdulillah pamong Desa nya bekerja sama dengan baik, dan juga penunjuk jalan kami berikutnya adalah ibu Kader Munawaroh. Kami mulai Puldat di keesokan paginya.




24 Mei 2016. BS kami di Gunung Agung adalah di Dusun 1. Seperti biasa, kami mengumpulkan data tiada henti. Mereplay ucapan berkali-kali udah kayak kaset ruwet aja. Mulai dari informed consent sampai isi kuesioner. Kata-katanya diulang-ulang. Lelah maaak. Haha. Semua dilakukan ngebuuuut tapi tetap harus menjaga kenyamanan. Langkah-langkah isi kuesioner pun sedikit demi sedikit kami pahami dan tentunya kami mewawancara dengan gaya wawancara kami yang berbeda-beda pula. Apalagi Dyah, emmm masteeer. Hehe






Sampai-sampai saking ngga fokusnya, suka ngga ngerti respondennya lagi curhat apaan (maafkan dakuuuu) dan bahkan saya sendiri sempat amnesia sejenak. “Maksudnya gimana mba?” respondennya nanya, ngga ngerti sama pertanyaan saya. Lah, bahkan saya juga udah lupa barusan saya ngomong apaan tho.  "Dyah aku tadi ngomong apaan ya?" help me please. Tolong aku dimana ini? Gubrak. Linglung. Mungkin dia lelah~ haha

Saya rasa jg mkn karena udara yang begitu panas meskipun sempat kehujanan juga. Luar biasa deh pokoknya. Rasanya pingin ketawa sambil nangis kalau ingat pengalaman pas puldat. Macam-macam aja kejadiannya tapi seru, seru banget. Di Gunung Agung kami puldat dengan transportasi mobil. Alhamdulillah lebih mudah jadinya. Lanjut keliling mencari alamat responden sampai pengumpulan data di Gunung Agung selesai.

Kami melajutkan perjalanan ke BS terakhir yaitu di Desa Mengandung Sari. Masalah transportasi teratasi, dan tempat tinggal pun begitu karena Mba Lutfi punya teman di Mengandung Sari jadi kami tinggal dirumahnya, Mba Tari namanya. Yeay!!! Sesampainya di Mengandung Sari, kami laporan dengan pamong dan bidan desa. Sambutannya hangat. Kami harap semoga puldat esok hari dapat berjalan dengan baik.

Baiklah, hari ini kami kumpulkan semangat, auuuuuuuwo jedag jedug jedag jedug. persiapan suara juga untuk mengulang-ulang kata nanti. Ehm ehm tu wa tu wa. 

Well, We’re ready!!! Penunjuk jalan kami kali ini adalah Kepala Dusun V, Pak Tumin dan Istri. Untuk shift pagi sampai siang, kami di bimbing oleh bu Kadus dan bu Farida (bides). Saat itu cuaca kurang bersahabat, mendung dan hujan rintik-rintik melanda. Meskipun begitu bu Tuti(bu Kadus) tidak mau diajak untuk berbarengan naik mobil saja, alasannya karena beliau mau mengumpulkan dan memberitahu warga yang jadi responden terlebih dulu sebelum kami sampai. Yap, untuk keefisienan waktu sih lebih tepatnya, tapi kami ngga tega juga liat bu Tuti kehujanan, kami berharap semoga beliau ngga jatuh sakit nantinya. Lagi-lagi kami kerja ngebut tapi harus menjaga kenyamanan responden. Kata-kata wawancaranya agak lebih di ringkas, cepat, dan tepat sasaran pertanyaan. Aha, ternyata bisa juga. Mungkin karena sudah mulai sering. Ala bisa karena biasa kaaaan. Siang harinya, Bu kadus berganti shift dengan pak kadus. Eaaaaaa. 



Biasanya, yang paling banyak wawancara masalah KIA adalah saya dan Mba Lutfi, Rifki spesialisasi bapak-bapak dan anak laki-laki, Dyah spesialisasi alat. Hehe, Ngga monoton gitu sih tapi kebanyakan gitu. Namun tidak untuk puldat kali ini. Semuanya pegang masing-masing kuesioer RUTA. Satu enumerator untuk wawancara satu RUTA. 

Yep! Mangat kawan! Dan hari ini kami kerja lembur. Sampai akhirnya selesai 25 RUTA. Diakhir hari kami menghela nafas dan tertawa bersama. Senyum sumringah tergambar jelas diwajah kami. Sungguh hari yang sibuk. Set set set set. Hahahaha. Kami ngga menyangka kalau kami telah menyelesaikan semua proses pendataan. Bahagiaaaaaa rasanya. Hah~ Alhamdulillah. 

Rada lucu juga kalau mengingat ingat gimana proses pengambilan data nya. Ada yang hampir dijilat guguk, ada yg digebukin responden (anak balita), ada anak yg ngamuk ngga mau diperiksa karena takut disuntik, ada anak yg ngga terima emaknya di tensi, ada responden yg lagi ngga enak badan (kami disangka bawa obat obatan pulaaa), ada kesalahpahaman2 pertanyaan yg kami ajukan(ditanya apa jawabnya apa wkwk. Salah nanya nih), ada yg konseling berbagai macam masalah kesehatan rumah tangga, juga ada beberapa masalah dalam komunikasi enum-responden, dan banyak juga responden yang kami ubek ubek ingatannya gimana caranya supaya responden ingat dan bisa jawab isi kuesioner (maksaaaa.... Yah namanya juga probing, menggali informasi).

Eits! Ada yang lupa. "Mba ini belum di tanda tanganiii" Dyah tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Ternyata daftar kunjung responden dan daftar kontak lupa untuk di tandatangani kepala desa Sidorejo dan Gunung Agung. Walah dalah… alamak balik lagi ini mah. Tepok jidat semuanya. Untung ngga begitu terlambat menyadarinya. Huuuftt. Selain itu, kami juga belum sempat menyelesaikan proses cleaning dan entri data. Perjuangan belum berakhir kawaaaaan!!!

Pengumpulan data 15 hari segera berakhir. Kami harus kerja cepat lagi untuk cleaning dan entri data. Untungnya tim Sukadana ikut membantu proses cleaning dan entri tim kami. Gomawo cingu deul! Haha.






Kali ini Tim Sukadana dan Tim Sekampung Udik bersatu dalam satu basecamp. Kerja sama. Ngerjain punya temen yang belum selesai secara bersama-sama. Dan Alhamdulillah akhirnya ke kejar jugaaaa yeay! data yang sudah di entri di zip dan PJT kami yang mengirim data ke pusat. Semua alat dan kuesioner pun kami packing karena harus dikembalikan ke pusat dalam kondisi sehat walafiat tak kurang suatu apapun. Yah, paling yang berkurang juga alat-alat habis pakai macam tissue, masker, handscoen, dan batu baterai. Pak Faridi dan kak Adit pun pergi memaketkan kardus kuesioner untuk dikirim ke bu Asih di Jakarta.








Dihari terakhir, Rifki, Mba Lutfi, Dyah, Rini, Okta, dan Saya menghabiskan waktu bersama untuk makan bareng, ngobrol bareng, dan karokean di Kota Metro. Yippi! Malamnya hanya Tim kami(Sekampung Udik) yang jalan keluar. Mba Lutfi, Dyah, dan Saya makan malam bareng dan ngebolang bareng, waktu itu kami makannya kupat tahu dan sop buah. Setelah itu kami bertiga mengintari Taman Merdeka, Metro, untuk foto-foto dan naik kuda. Haha. Sementara Rifki, Dia lagi COD-an dan ketemuan sama temennya. Kemudian kami kembali. Pulang ayo pulang. Hiks. Ini kah hari terakhir bersama merekaaaaa. Huaaaahuhuhu hiks hiks. Dah dah stop. Sampai di basecamp, Tim Sukadana sudah selesai mempersiapkan presentasi mereka besok di Dinkes Lampung Timur. Mba Ningsih dan Rini sudah selesai packing. Hmmm, mungkin kami terlalu lelah untuk ikut packing juga. Besok deh pagi-pagi buta.

Keesokan paginya, kami semua Tim Lampung Timur dan PJT siap-siap berangkat ke Dinkes Kab. Lampung Timur untuk presentasi dan pamitan. Karena sudah kesiangan kami semua ngga sempat sarapan, untung disana bu Leli dkk sudah nyiapin snack buat kita semua. Presentasi pun berjalan lancar (Tim Sukadana mewakili Tim Lampung Timur), isi presentasi meliputi poin-poin umum saja. 


Ternyata presentasi ini diluar ekspektasi Bapak Kabid dan jajarannya. Namun apa boleh buat. Ini sudah amanah dari pusat bahwa data tidak boleh di bocorkan karena tidak akan mewakili gambaran pencapaian program kesehatan kabupaten Lampung Timur. Data ini hanya digunakan untuk melihat gambaran secara Nasional dan pokoknya ngga boleh dibocorkan. Well, begitulah kurang lebihnya. 




Di Sukadana, kami berpisah dengan Dyah. See you Dyaaaah~ Kemudian kami pun bertolak ke Metro lagi untuk mengembalikan dan mengantarkan mobil Mba Lutfi (memang rute pulangnya harus lewat Metro sih). Disana kami juga berpisah dengan Mba Lutfi. See you Mba Luuuuuut~ Rifki dan saya jadinya ikut mobil kak Adit untuk kembali ke Bandar Lampung. Di Bunderan Radin Intan giliran saya yang berpisah dengan mereka semua. See you teaaaam~ Bapak sudah Jemput saya di Bunderan, dan langsung saja, setelah kembali ke Rumah sebentar, Bapak, bik Tia, dan Saya pulang ke Banjit. Balek kampoooong~



Itulah tadi sepenggal dua penggal yg kemudian dipenggal penggal lagi jadi sebuah cerita. Dari saya. Finally~ selesai juga diary ini dibuat. Saya suka sekali mencatat hal-hal yang(menurut saya) menarik untuk dijadikan kenangan dan bukti tertulis. Yah, setiap kegiatan kan perlu dokumentasi, baik foto maupun catatan. Ya nggak? Meskipuuun, tulisan saya rada ngga jelas, ngga seru, dan kurang runut. Haha. Tapi paling tidak saya bisa mendengar diri saya bercerita di masa lalu ketika saya membaca kembali tulisan ini di masa depan. Yap!

Bagi saya, poin yang bisa diambil dan membekas di agenda ini adalah: dapat kawan baru horeeee!!! Kemudian, membuang rasa jenuh, menambah pengalaman, nambah link, nambah penghasilan, bikin ortu ikutan seneng, membangkitkan semangat diri, bisa belajar lagi, dan dan dan dan melupakan sejenak masalah *uhuk* jodho. Haha.

Buat Tim saya. Rifki, Mba Lutfi, dan Dyah. Trimakasih atas kerja sama tim nya selama ini. Haha seru deh jalan dan bertualang sama kalian. Maafin ya semua hal-hal yang menyebalkan dari saya yang pernah sengaja atau tidak sengaja saya lakukan. Semoga kita tetap bisa berteman, keep in touch, ngga sombong-sombongan dan ketemuan lagi di waktu-waktu berikutnya. See you to the next story guys! I’ll miss you all, Team. Hiks.








Sekian cerita saya. Wassalamualaikum….