Assalamualaikum sobat :)
waktu menunjukkan galau tengah malem alias GTM tapi no problemo selama waktu itu kita gunakan untuk mengerjakan hal yang bermanfaat, tugas kampus misalnya. hehehe
Saat SMA aku sempat membaca sebuah novel karya Habiburrahman Elshirazy, KCB. Dengan romantisme kisah cinta yang tidak biasa. Sebenarnya ada banyak sekali kalimat-kalimat yang ingin aku kutip di novel itu tapi sepertinya cukup beberapa saja. Aku menyelipkan catatan kutipan kalimat itu di salah satu buku ku dan nyaris hilang. Dan sekarang aku share untuk sobat semua.
Imam Ibnu Athaillah, seorang ulama besar dari Iskandaria berkata: "Cinta sejati itu menyembuhkan, tidak menyakitkan". "Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana!"
...kecintaan pada seseorang itu syahwat. Hampir semua orang yang jatuh cinta itu merasakan apa yang kau rasakan. Dan perasaan seperti itu tidak akan bisa kau keluarkan, kau usir dari hatimu kecuali jika kau memiliki dua hal.

Karena hatimu miskin cinta dan rindu kepada Allah, jadinya kau dijajah oleh cinta dan rindu pada yang lain. Saat ini yang menjajah hatimu adalah rasa cinta dan rindumu kepada seseorang itu. Itulah yang membuatmu tersiksa. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak.
Jika kau mencintai seseorang, ada dua kemungkinan diterima atau ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya, namun jika kau mencintai Allah pasti kau menerima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak akan pernah merasa kehilangan. Takkan ada yang merebut Allah yang kau cintai itu dari hatimu. Takkan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengan-Nya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah 'azza wajalla'.
(Dikutip dari Ketika Cinta Bertasbih 1, Halaman 429, Nasihat Azzam Kepada Fadhil)
Dengan menemukan lagi catatan kutipan ini aku kembali tersadar dan nyaris tak sanggup untuk memuhasabah diri. Berbagai pertanyaan muncul dikepalaku untuk diriku sendiri. Sekarang, apakah aku sedang mengingat Allah? Seberapa besar rasa takutku pada Allah? Apa benar aku mencintai Allah? Kalau benar mengapa aku tidak selalu bertindak benar dengan mencintai-Nya? Kenapa Aku sampai pernah bisa menyukai manusia tanpa harus tau apakah Allah menyukai manusia itu juga? Apa benar aku memposisikan Allah disisiku, dihatiku, dan dipikiranku? Bagaimana bisa Allah memelukku kalau aku sendiri selalu jauh dari-Nya?
Jujur, aku rasa, aku.... belum sempurna mencintai Allah karena masih sering mendahului sesuatu yang bersifa