Kali ini aku ingin bercerita tentang pengalaman pertamaku ke Taman Nasional Way Kambas, Lampung. yup, sebuah tempat konservasi gajah sumatera yang berlokasi di Lampung Timur, Lampung.
Awal Desember 2016, Hazel, sahabat pena ku dari Hong Kong bilang kalau dia ingin berkunjung ke Way Kambas bulan desember ini. Oke, bakal aku jelaskan siapakah Hazel. Nama asli Hazel adalah Ip Sze Wa (baca:yipshiwa). Tiga tahun yang lalu Hazel pernah menjadi volunteer di Way Kambas. Sebelum Ke Way Kambas, Ia mengirimkan aku email melalui situs postcrossing.com. Ia bertanya-tanya mengenai Lampung, gimana caranya ke sampai ke Way Kambas, dan bahkan lama-lama kami jadi teman dan bertukar kartu pos. Sehari sebelum Ia sampai ke Lampung, Hazel bilang kalau Ia akan dijemput temennya yg lain, dan aku pun bertanya-tanya siapakah itu??? soalnya kan Bandarlampung sempit, kali aja kenal. eh ternyata temennya itu adalah Uni Fini, teman sekelas dan satu geng saat SMA. Hahahaha, ternyataaa.... alhasil saat Hazel sampai di Bandara Radin Inten II, aku dan Fini yang sudah Janjian duluan menjemput Hazel dan kami pun melakukan mini-city-tour. Keliling-keliling, sarapan bakso Sony haji khas lampung, Foto di Bunderan Gajah (Selama hidup di Lampung belum pernah sama sekali berenti disini, paling kalau ada lampu merah doang berentinya), Ke Kantor Pos buat inspeksi aja sama nanyain ada kartu pos atau engga, ke Mall CP liat liat trus makan puding puyu atau poyo gitu lupa haha, trus ke museum Lampung (aku baru kedua kali ke sini, fini pertama kali haha), daaan balik lagi ke Bandara karena Hazel sudah ditungguin sama teman-teman nya dari berbagai negara yang sama-sama jadi volunteer. Well done. See you again Hazel...
Ngga menyangka kalau kata-kata "see you again" itu bakal terjadi. Oke lanjut cerita yg pertama. Hazel akan mengunjungi Way Kambas bulan desember ini. Katanya Ia ingin mengunjungi tempat yang lebih hangat(soalnya disono lagi mucim dingin) dan saat chat sama Mahout Way Kambas, dia jadi kepikiran buat ke Way Kambas lagi. Aku pun jadi guest nya Hazel untuk ikutan ke Way Kambas. Haha yg orang lampung nya sendiri aja belom pernah dan malah jadi guest pula. ckckck. sementara Fini tidak bisa ikutan karena Ia sibuk dengan Ujian-ujian di akhir masa co-as nya. Semangat un!
Tanggal 27 desember 2016 pukul 5 Sore, Hazel sampai di bandara dan aku yang diantar Ami (adikku) sedang menunggu Hazel di luar. well finally, kami betemu lagiiii!!! yeay! untuk orang yang biasa tinggal di Desa seperti ku, Hongkong itu lumayan jauh banget dan entah bisa apa engga ke sana, bertemu teman yang berada sejauh itu adalah hal yang wow menurutku. makanya aku excited banget buat ketemu Hazel saat itu.
Ngga banyak yang berubah ya dari foto 3 tahun yang lalu. Begitulah. haha.
Untuk ke way kambas, tadinya Hazel sudah nanya-nanya tentang bus Damri yang sekarang sudah beroperasi langsung ke Way Kambas, tapi pada akhirnya Ia menyater mobil untuk masuk ke Way Kambas. Oke. selagi menunggu jemputan, kami pun ngobrol-ngobrol. Setelah dijemput mahout Adi, kami sampai di guest house di dalam area way kambas pukul 10 malam lalu istirahat.
Oh ya, buat readers yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas dan mau menginap, untuk tinggal di guest house biaya nya sekitar 200rb/hari. Sebenarnya nama guest house ini adalah Mahout House, tp bisa digunakan sebagai guest house. Ada enam kamar dan kamarnya lumayan luas dengan dua bed ukuran besar. Kamar mandi di luar kamar dan tersedia juga dapur. Kalau mau penginapan yang agak mahal, ada ecolodge yang lokasinya di luar pintu masuk Way Kambas. biayanya aku kurang paham. Pastinya lebih mahal dari guest house di dalam dan terdiri dari enam cottage. Akses ke Way Kambas juga tergolong mudah. Sekarang bus Damri beroperasi langsung dari Rajabasa-Way Kambas dan Way Kambas-Rajabasa. Ongkosnya cukup 25 ribu rupiah dan waktu tempuhnya sekitar 2-3 jam. Bus yang beroperasi ini ada 3-5 kali tapi kalau soal waktu nya kapan aku juga kurang paham haha. bisa langsung tanya ke pool Damri nya. dan tiket masuk Way Kambas nya untuk pengunjung lokal cukup 5000 rupiah + partisipasi asuransi 2000 rupiah per orang.
Kegiatan yang bisa dilakukan saat berkunjung ke way kambas sebenarnya ada banyak. pertama yang agak ektrim dan mahal itu perjalanan ke Kalibiru dengan speedboat. Di Kalibiru, kita bisa mengintari sungai selama 1 jam dengan menikmati keindahan alam sekitar sungai. Tapi untuk ke Kalibiru perlu 1 jam waktu tempuh lagi loh ya, jaraknya sekitar 18 Km dari spot utama Way Kambas. dan untuk naik speedboat tersebut anda harus merogoh kocek sebesar 1-1,5 Juta. Lumanyun kan? eh lumayan kan?
Kedua, rumah pohon, tapi kurang paham juga, skrng sudah tidak bisa dipakai soalnya udh lapuk.
Ketiga, ada package mengikuti kegiatan mahout (sais gajah, pawang) seharian. Mulai dari melepas gajah, memandikan gajah, mengantar gajah ke alamnya untuk cari makan sendiri, belajar training gajah, sorenya mandikan gajah lagi, pokoknya jadi tau lah kehidupan dan hubungan mahout-gajah itu seperti apa. tapi ini package loh ya, biaya nya sekitar 1 jutaan. kurang lebih.
keempat, ada package memandikan Gajah, 50rb. Tracking, yaitu ikut mengendarai gajah keliling hutan selama setengah jam, 200rb.
Kelima, ini lah yang paling murah dan menyenangkan. Piknik keluarga dan cukup melihat gajah aja hati udah senang. haha. melihat mereka mandi, makan, bercengkrama dengan mahoutnya, juga menikmati keindahan alamnya. Dan PLEASE, JAGA KEBERSIHAN! Kalau kita bawa sampah ya buang sampahnya di kotak sampah, toh kotak sampah disana tersedia dan sudah di kategorikan jadi sampah plastik, kertas, dan organik. Tunjukkan kepedulian kita dengan menjaga kebersihan.
daaaaaan.... Biasanya Gajah-gajah akan dilepas di alam pada pagi hari dan pulang sore hari, jadi kalau mau lihat gajah mandi ya pagi-pagi sekitar pukul 8-10 pagi. dan mandi sore pukul 3-5 sore. Gajah aja mandi dua kali sehari loh ya... kamu????
Dari persepsi ku, kegiatan-kegiatan seperti ini adalah perkara yang cukup dilematik. Seperti memberikan pelayanan ke pengunjung, atraksi, dan memberikan rantai di kaki gajah. Untuk para pecinta gajah dan satwa langka lainnya yang benar-benar "pleg" mungkin berfikir kenapa tidak lepaskan saja mereka hidup di alam liar, dengan ekosistem aslinya, mencari makan sendiri, mengurus diri mereka sendiri di alam liarnya, jangan merantainya apalagi menyuruh gajah memberikan atraksi dan ditunggangi berkeliling hutan seperti itu, apapun alasannya biarkanlah mereka hidup di alam liar.
Tapi menurutku, aku sedikit mengerti. Menurut penjelasan para mahout, beberapa mahout yang ku tanya mengatakan bahwa mereka juga kurang setuju dengan kegiatan seperti itu, tapi yah... mereka hanya pelaksana. Pemerintah mungkin mencanangkan kembali atraksi gajah untuk menarik pengunjung, mengidupkan Way Kambas, memperkenalkan way kambas kepada turis. Itu menurutku sih jika aku melihat sudut pandangku sebagai pemerintah. Tapi, I don't know.
Dan sebenarnya ada juga konservasi badak sumatera di Way kambas. Tapi, bukan untuk pengunjung! Badak adalah hewan langka yang super duper sensitif, gampang stres, dan populasinya dibawah 100 di dunia. Sangat miris ya. Jadi, mereka tidak bisa di ganggu.
28 Desember 2016.
Hari pertama di Way Kambas. Matahari muncul begitu indahnya tepat dihadapan guest house. Aku dan Hazel tidak tau apa yang akan kami lakukan hari ini. sekedar melihat pemandangan padang rumput menghampar dan melihat gajah yang sedang bermain dengan belalainya saja sudah menarik bagi kami. Pagi itu, kami mengunjungi Erin, anak gajah yang belalainya terpotong karena perangkap atau kelindes gitu lupa. Setelah itu kami pun pergi mencari air mineral dan melihat-lihat mural yang digambar siswa SMP-SMA/SMK, dan Santri Pondok di lokasi atraksi gajah.
Erin.... |
![]() |
Erin malah mirip tapir karena belalainya pendek... |
![]() |
Lukisan mural nya keren-keren! |
Flasback sedikit... Tiga tahun yang lalu Hazel ditugaskan untuk merawat gajah bernama Rendo bersama mahoutnya, Pak Munip. Hazel bilang kalau dia sangat merindukan Rendo dan Yeti. Rendo, gajah jantan berusia 23 tahun yang tumbuh dengan satu gading. dan Yeti, gajah betina berusia 3 tahun yang 3 tahun lalu terperangkap dan terluka pada kaki depannya dan ditinggal induknya, jadi dulu Yeti masih bayi banget yaaa.
Pagi itu Hazel pun bertemu dengan teman mahoutnya, Pak Munip. Aku pun ikut menyapa Pak Munip. Pak Munip sangat ramah dan welcome terhadap kami. Oh ya, sekedar tau aja, mahout-mahout di Way Kambas semuanya juga ramah-ramah dan baik kok. Jadi kami sangat senang berada disekitar mereka. Pak Munip dengan senang hati mengajak kami ikut mengembala, "kalau mau, tapi pulangnya jalan kaki". why not? Siapa yang takut sama jalan kaki jauh turun naik gunung. Sudah biasa... dan Hazel? jangan ditanya. Mahout Munip heran kok ya Hazel ini kecil-kecil tapi kuat juga, jalan kesana kemari ngga ada lelahnya, haha. Begitulah, mungkin hatinya terlalu gembira untuk merasa lelah atau bilang lelah. Pak Munip mengembala dua gajah, yaitu Rendo dan Yando. Sebenarnya, Pak Munip ini mahout nya Yando, dan mahout nya Rendo adalah Pak Susanto,tpi Pak Susanto sedang berhalangan jadi Rendo dititip ke Pak Munip. Pak Munip bilang, selama Hazel berada disana, beliau bakal masuk tiap hari. Baiknyaaaaa Pak Munip.... kami pun ikut mengembala. "you have to be more relax when you ride an elephant" kata Hazel, jadi harus rileks dan ngikutin aja gerakan jalan nya gajah. wow, tinggi juga, kurang lebih 2 meter ketinggiannya. dan ini merupakan pengalaman kedua ku sejak 13 tahun yang lalu.
ini diaaa.... Rendo! |
Hazel, aku, Pak Munip dan Mas Adi |
Gajah adalah hewan herbivora, jadi umumnya dia tinggal di padang sabana, hutan, dan rawa-rawa. Mereka cenderung berada di dekat air. Saat di lepas di alamnya, Gajah-gajah akan mencari makanan sendiri. Mereka makan berbagai macam rumput-rumputan. Selain itu mereka suka menutupi tubuh mereka dengan lumpur, air, atau rumput-rumputan untuk menjaga tubuh mereka dari sengatan sinar matahari dan gigitan lalat besar penghisap darah (aku ngga tau nama spesies lalat itu). ketika mereka makan rumput, mereka akan mengibas-ngibaskan makanan mereka terlebih dahulu untuk membersihkan dan memilih makanan yang cukup fresh. Selama perjalanan menuju hutan pun dia tak henti-hentinya makan, kalau ketemu air, sesekali dia minum dan menyemprotkan air ke tubuhnya. Burrrrrrrr.... Haha. Menarik sekali melihat tingkah laku gajah.
Pak Munip kembali menjemput Rendo dan Yando pukul 2 Siang. Benar-benar keahlian mahout bisa mencari keberadaan gajahnya di padang rumput dan hutan yang luas begitu. Tampaknya mereka juga mengenali bau dan keberadaan gajah mereka. Kalau aku, mungkin sudah tersesat atau bisa salah jemput gajah hahahaha.
Setelah dijemput, Rendo dan Yando dimandikan di kolam mandi. gajah-gajah ini juga pandai menyelam dan berenang loh padahal dengan body begitu.... haha. Setelah Mandi mereka pulang ke kandang dan makan makanan yang telah di siapkan, daon kelapa.
![]() |
Rendo dan Yando |
Pada gambar diatas, bisa kita lihat, kalau Rendo dan Yando digandeng dengan Rantai dan tali di lehernya. Hal ini karena watak dua gajah ini nurut tapi pada dasarnya petakilan, kalau ngga di gandeng bisa-bisa satu nya keluyuran lagi. Karena gajah-gajah pandai mengingat, makanya mereka bisa dididik. Para mahout mendidik mereka seperti mendidik anak sekolah. Gajah-gajah pun wataknya seperti siswa, ada yang gampang nangkep ada yang rada lama ngajarinnya, ada yang penurut ada juga yang bandel ngga mau dibilangin, ada yang semangat ada juga yang rada males-malesan. hahaha. Ketika gajah bertindak apatis dan tidak mau mendengarkan pawangnya, dan hal itu dibiarkan, maka mereka akan terus terusan bertindak seperti itu dan bisa-bisa kembali liar. Hal itu akan membuat pelatihan gajah selama bertahun-tahun menjadi sia-sia. kira-kira mungkin ada jawaban dari pembahasan diatas, kenapa dirantai? kenapa perlu dilatih? kenapa tidak dibiarkan saja di alam? Aku setuju dengan hal itu, membiarkan mereka hidup di alam nya akan lebih baik bagi mereka, tapi ku rasa, ada nya gajah-gajah terlatih pun diperlukan. Way Kambas memiliki area yang luas, di dalam nya terdapat gajah-gajah terlatih maupun yang masih liar. Dengan adanya gajah terlatih, membantu para mahout untuk mendekati gajah liar, gajah menjadi lebih bersahabat dengan manusia (tidak terlalu agresif) dan mencegah mereka masuk ke area penduduk. tapi, overall, aku penasaran, apa yang dirasakan oleh gajah-gajah itu? apa yang lebih mereka suka? di alam liar atau dilatih dengan mahout? Hmmm...... Waallahualaam....
Gajah-gajah ini pulang ke kandang dan kandang nya super luas. "kandang" disini cuma sekedar tempat para gajah pulang, makan, minum, dan berkumpul sama koloni. seperti ini kandangnya....
Musim hujan, banyak magic mushroom tumbuh diatas poop gajah. eits! jangan sekali-kali di ambil atau dikonsumsi ya! |
Well, fyi, kalau gajah jantan, saat mereka beranjak dewasa (pubertas) dia akan cenderung hidup soliter, menyendiri dan terpisah dari keluarganya dan berkumpul dengan jantan lainnya. gajah jantan biasanya akan berinteraksi lagi dengan kelompok keluarga ketika ada peningkatan hormon testosteron, alias ada hasrat ingin bereproduksi. Sementara Gajah betina cenderung hidup dalam kelompok keluarga, yang terdiri dari satu betina dengan anak-anaknya atau beberapa betina yang berhubungan dengan anak-anak mereka. Masa menyusui gajah selama 3 tahun atau lbh tua, masa kehamilan gajah adalah 18 bulan sampai 2 tahun, dan angka harapan hidup gajah adalah sama dengan manusia yaitu sekitar 70 tahun. Bisa dimaklumi ya kenapa gajah jadi hewan langka. belum lagi maraknya pemburuan liar, peracunan dan pembantaian gajah hanya untuk mengambil gading nya. astaghfirullah...
Kepada hewan apapun sebaiknya kita tetap menjaga sikap kita. kita di beri akal sama Allah, sedangkan mereka? mereka bertindak karena insting mereka. Contohnya gajah, mereka tau cara membalas perlakuan manusia, ketika kita memperlakukan mereka dengan buruk, mereka akan mengingatnya dan take a revenge! mereka tau bagaimana cara membalasnya. tapi ya mereka hanya diberi naluri dan insting, ngga tau mana yang baik dan buruk, tapi mereka punya memori... yang cukup kuat. Gajah juga memiliki kecerdasan seperti primata dan lumba-lumba.
29 Desember 2016
Day-2. dibuat gallery aja ya...
![]() |
pemandangan pagi, melihat Arni dan Indra bercengkrama (namanya sama kayak aku wkwk), mereka sahabatan kok, bukan ada apa apanya. hahaha. Mereka memang beekomunikasi melalui belalainya. |
![]() |
Hazel as Thumbelina. |
![]() |
Morning view, rawa-rawa. |
![]() |
Mahout Hazel and Rendo. Mr.Munip said that She could be a mahout too, in this rate. haha. I think, it's because Hazel is so friendly with elephant and know how to work as a mahout. |
![]() |
Selain potografer handal, Pak munip juga bisa jadi fotomodel loh pak... hehe |
![]() |
ayo kita ngitemin diri.... matahari nya lumayan loh. |
![]() |
Souvenir way kambas harga 5000 an. Terbuat dari bahan karung goni. hmmm... creative! |
Henna art by request. Lihatlah perbandingan warna kulitku dan Hazel. hahahaha |
Mandi... mandi.... |
Hari ini Hazel punya misi foto untuk ucapan Happy Wedding ke temennya, trus aku ikut-ikutan juga kasih ucapan ke unipini. haha. Kemarin sore ada yang kena zonk juga selain aku. Saat kami menjemput Rendo dan Yando ke hutan, kami berjalan menginjaki lumpur dan, ouch, kaki kami stuck di dalam lumpur. Lumayan lama untuk mengeluarkan kaki kami dan yeay! I'm okay. tetapi Hazel sendal gunungnya pun terlepas dan bagian alasnya terbuka. toweww... dengan segenap kreatifitas kami berhasil menyatukan kembali alas sendalnya dan sandal itu tetap di pakainya sampai Ia kembali ke Hongkong.
![]() |
Beginilah penampakan sendalnya.... |
Yeti dan Pak Munip berbagi biskuit. |
dipilih... dipilih.... |
![]() |
Photografer Hazel |
![]() |
Model: Hazel, Potografer: Riska. |
Photografer: Pak Munip |
![]() |
Photografer: Riska. |
![]() |
we-fie~ |
Leo(gajah usia 24 tahun) dan George(Gajah usia 10 tahun). Mahout yang dibelakangku adalah mahoutnya George namanya Jony Saputra. dan Pak Diki adalah mahoutnya Leo. |
Ngga ngerti gimana ngeditnya. jadi terbalik gini... ckckck |
![]() |
Kalau tidak salah, namanya adalah... Mega. Rambut-rambutnya blonde. |
![]() |
Playing Together~. |
Akhirnya kesampaian juga melihat bayi dan anak anak gajah. anak-anak Gajah posisi kandangnya terpisah di seberang kolam mandi. Jadi lumayan jauh dari para pengunjung. Jangan sekali-kali kita mencoba mendekati gajah tanpa pengawasan petugas ya... Jangan! Bagaimanapun gajah tetaplah hewan. Kita ngga tau apa yang mau dia lakukan.
31 Desember 2016
Packing packing packing... Waktunya pulang... Hari ini Hazel berhasil bertemu dengan teman Mahoutnya yang lain, Pak Sulis. Pak Sulis bekerja di Elephant Rescue Unit (kalau ngga salah namanya) dan dia disibukkan dengan kasus anak gajah yang terperangkap akhir-akhir ini.Oh ya, pagi ini juga kami berjalan-jalan melihat hutan dan Rumah Sakit Gajah (RSG) yang baru-baru ini di launching.
Kami pulang pukul 11 siang. Hazel sudah memesan kamar hotel di Hotel Bandara Syariah di Natar. sebelum kembali ke Bandarlampung, Pak munip dan keluarga mengajak kami makan siang di rumahnya. Terimakasih Pak Munip dan Ibu.... well, finally, we're back!
Penutup....
![]() |
Pelangi Setelah Hujan di hari pertama. |
![]() |
Perbandingan telapak Kaki Gajah dan Kaki ku. |
![]() |
Please... Save their existance. be aware. |
![]() |
Sunset. |
![]() |
Office. |
![]() |
The differences. Gajah asia lebih kecil ukurannya. |
Thank you Hazel for this nice trip. Thank you teman-teman mahout ku yang baru. Thank you Readers yang sudah mau nge-read. well done.
Baiklah. Itulah diary ku selama di Way Kambas. Kenyataan yang ada ya seperti itu. Tetapi tahukan readers bahwa sebaiknya kita ngga jadi customer untuk menunggangi gajah? Why?😨😨
Beberapa tahun ini di thailand banyak kejadian gajah mati karena kelelahan dan kelaparan. Mungkin bagi sebagian kita bilang bahwa "aku suka gajah makanya aku mau naik gajah", dan mengatakan bahwa menaiki gajah tidak akan terlalu menyakiti mereka. Tetapi, kenyataannya adalah... Membuat mereka menurut akan perintah tanpa bisa menolak itu adalah bentuk menyakiti juga. wow. Aku pun baru tau hingga detik ini. Well done or wrong done? I don't have any idea.
Tapi, Percayalah bahwa satu-satunya cara kita menunjukkan cinta kita adalah membiarkannya hidup dengan habitatnya.
Wassalamualaikum....